Senin, 06 Juni 2011

SMAN Pintar Seleksi Calon Siswa Baru

Tahap Kedua Tes Kesehatan

Setelah menjalani tes tertulis Senin (6/6/2011), sebanyak 168 orang calon siswa baru SMAN Pintar menjalani tes kesehatan. Mereka memperebutkan 60 kursi siswa berasal dari 12 kecamatan di Kabupaten Kuantan Singingi.

Menurut keterangan Waka Humas SMAN Pintar Weli Hendri, S.Pd, MM, 168 siswa terbaik lulusan SMP yang menjadi peserta tes merupakan siswa yang telah lulus seleksi administrasi.

Setelah lulus administrasi, mereka mengikuti rangkaian tes, dimulai dari tes tertulis, materi pelajaran yang diujikan matematikan, IPA, dan Bahasa Inggris, diteruskan Selasa (7/6/2011) dengan tes kesehatan. “Mata pelajaran yang diujikan adalah matematika, IPA dan Bahasa Inggris,” terang Weli

Siswa yang akan diterima tambah Weli adalah siswa yang benar-benar lulus murni dari tes yang dilaksanakan. “Sehingga diharapkan bakal terjaring bibit-bibit calon siswa yg benar-benar handal.(*)

Editing: Noprio Sandi

Air Terjun Guruh Gemurai Wisata Alam Kuansing

Article By : Datuk Bertuah

Kabupaten Kuntan Singingi tidak hanya terkenal dengan wisata budayanya seperti Pacu Jalur namun juga wisata alamnya. Seperti Wisata Alam air terjun, saat ini yang menjadi prioritas pembenahan pemerintah daerah Kab.Kuansing adalah Air terjun Guruh Gemurai. Beberapa waktu lalu tim sungaikuantan.com berkunjung kesana. Pemda Kuansing memang telah membenahhi objek wisata ini. Tersedianya jalan yang beraspal sehingga mudah dijangkau, adanya areal parkir, pentas terbuka untuk mengadakan acara-acara, seperti konser musik dan lainnya, juga mushola telah tersedia di Air Terjun Guruh Gemurai.

Air Terjun Guruh Gemurai terletak di Kecamatan Kuantan Mudik (Lubuk Jambi), tepatnya di Desa Kasang. Anda bisa mencapainya dengan kendaraan pribadi dan kendaraan umum. Jaraknya dari Taluk Kuantan ibu Kota Kab.Kuansing sekitar 25 kilometer ke arah Kiliran Jao (perbatasan Sumbar-Riau). Anda akan melewati Pasar Tradisional Lubuk Jambi, lalu menemukan dua jalan yang bercabang dua, pilihlah jalan sebelah kiri nan menanjak, daerah ini namanya Desa Koto (Kote Ate), melewati jalan sedikit berkelok, lima menit perjalanan anda akan sampai ke Desa Kasang, dan teruskanlah perjalanan anda sepuluh menit lagi, maka taka lama anda akan bertemu dengan gerbang di sebelah kanan jalan raya yang bertuliskan Selamat Datang di Objek Wisata Air Terjun Guruh Gemurai. Sampai saat ini tarif masuk ke obyek wisata ini sesuai dengan Perbup telah diatur oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kuantan Singingi, yakni Rp. 1000 untuk untuk kenderaan roda dua, Rp. 1.500 untuk kenderaan roda empat, Rp. 3000 untuk orang dewasa dan Rp. 1000 untuk anak-anak..

Guruh Gemurai adalah sebuah nama yang diambil dari bahasa daerah setempat. Guruh berarti gemuruh dari suara air tejun. Sedangkan Gemurai adalah suara percikan air yang berserakan. Maka Guruh Gemurai diartikan adalah air terjun yang bergemuruh dan mempunyai percikan.

Pada akhir pekan dan hari-hari libur, Objek Wisata Air terjun Guruh Gemurai ramai dikunjungi dan menjadi andalan Objek Wisata andalan Kab.Kuansing.(*)

Merantau !, Pemuda Kuansing Harus Pandai Silat

Keikhlasan Guru Silat, Penentu Berkembangnya Silat Tradisional

Oleh
Ependri
(Ketua Persatuan Wartawan (Pewarta) Kuantan Singingi)

Pangean,- Sudah bukan rahasia lagi kalau beragam silat tradisional yang ada di Kuantan Singingi cendrung makin tak bergairah dan semakin kurang diminati oleh anak-anak. Padahal silat tradisional asal Kuantan Singingi cukup dikenal dan menjadi simbol keperkasaan warga Kuansing diperantauan bahkan hingga ke Malaysia.

Menurunnya minat anak-anak dan remaja di Kuantan Singingi dalam menekuni silat tradisional disinyalir akibat kurang ikhlasnya para tuan guru silat dan para pendekar laman menurunkan ilmu silatnya kepada generasi muda. Kondisi yang sudah bertahun-tahun ini diperkirakan menjadi penyebab utama tidak berkembangnya silat tradisional di Kuantan Singingi yang berakibat tak lagi berminatnya anak-anak dan remaja di Kuantan Singingi untuk menekuni silat tradisional. Beragam Silat tradisonal di Kuantan Singingi sebelumnya sudah menjadi simbol bagi warga Kuantan Singingi sebagai pemuda perkasa dan tangguh. Apalagi, kewajiban bagi seorang anak Kuantan Singingi untuk pandai bersilat yang diterapkan orang-orang tua dahulu menjadi syarat mutlak seorang pemuda baru bisa dilepas untuk pergi merantau. Artinya, apabila seorang pemuda mau pergi merantau, maka ia terlebih dahulu harus pandai beladiri pencak silat.

Kondisi itulah menyebabkan warga Kuantan Singingi sangat terkenal diperantauan. Selain sering membuktikan ketangguhannya karena pandai dan mahir dalam beladiri pencak silat, orang Kuansing juga sering menjadi juru runding untuk menyelesaikan sengketa antar warga di perantauan.

Jika ada perkelahian antar warga di perantauan seperti di Tembilahan dan dibeberapa daerah pulau-pulau di Indragiri Hilir, Tanjung Pinang, Terempak, Midai, Dabo Singkep dan Natuna, maka orang asal Kuantan Singingi cukup disegani karena terkenal tangkas dan mahir dalam beladiri pencak silat. Bahkan hingga ke negeri jiran Malaysia, perantau asal Kuantan Singingi cukup berpengaruh.

Hal itu pulalah yang dikatakan Sekda Drs H Zulkifli,MSi Senin siang di desa Pembatang Pangean saat menghadiri acara ziarah mufakat silat Pangean di laman silat Pendekar Malin yang bergelar Datuk Beromban Besi. Menurutnya, Pencak Silat seperti Silat

Pangean akan sulit berkembang bila para tuan guru, para pemangku dan para pendekar laman berat hati menurunkanlah ilmu silat dengan ikhlas kepada anak-anak dan pemuda kampung. Dengan sendirinya, ilmu silat secara tradisional hanya dimiliki oleh orang-orang tua dan tak pernah berkembang karena tak diajarkan kepada generasi muda. Padahal regenerasi sangat diperlukan untuk mempertahankan dan melestarikan silat Pangean yang sudah menjadi simbol masyatakat. Secara tidak langsung, keikhlasan seorang guru silat dalam menurunkan ilmu silatnya, sangat menentukan berkembang tidaknya suatu pencak silat. Apalagi silat tradisional berkembang secara turun temurun seperti halnya silat Pangean.

Silat Pangean sudah terbukti membuat suatu generasi menjadi tangguh. Silat Pangean juga sudah terkenal hingga ke manca negara. Untuk itu tak ada alasan untuk tidak mengembangkannya. Selain menjadi tanggungjawab, sudah merupakan kewajiban para tuan guru dan para pendekar laman untuk menurunkan ilmu silatnya kepada generasi muda, agar silat Pangean tak hilang begitu saja. Bahkan agar perguruan dan organisasi silat Pangean dapat menjadi simbol negeri dan berkembang, penataan organisasi dengan manjemen yang ditata, sudah harus dimulai, pungkas Sekda berharap.

Acara yang dipusatkan di laman silat Pendekar Malin tersebut juga dihadiri para Asisten, sejumlah Kadis, Kepala Badan dan kantor, Ketua Harian Pengurus kabupaten Ikatan Pencak Silat Indonesia kabupaten Kuantan Singingi Marwan, SPd,MM, camat Pangean Asmari,S.Sos, tokoh-tokoh silat Pangean dari Sumatra Barat dan Jambi, ratusan anak silat asal Pangean serta ratusan pengunjung yang berjubel menyaksikan para pendekar melakoni silat Pangean dan bertarung secara bergantian. (*)

Fasilitas Parkir Pasar Pangean Tidak Memadai

Bayangkan saja, pasar Pangean didirikan pada tahun 1930, sekarang sudah tahun 2010, berarti pasar Pangean telah berumur 70 tahun. Luas pasar itu ternyata tidak bertambah, tetap sama dengan sebelumnya. Masyarakat yang beraktivitas di pasar ini semakin banyak, termasuk kebutuhan akan fasilitas parkir, wah mendesak sekali.

Pasar yang digelar setiap hari jum’at di Pangean membuat orang datang secara serentak dengan jumlah yang banyak, mayoritas mereka memakai sepeda motor untuk berbelanja ke pasar, otomatis membutuhkan lokasi parkir.

Pasar itu ternyata tidak sanggup menampung lagi kendaraan roda dua dan roda empat yang ada, akibatnya fasilitas umum seperti jalan provinsi dan jalan kabupaten menjadi alternative tempat parkir yang menyebabkan kemacetan.

Kemacetan itu tidak tanggung-tanggung, jika pada kawasan jalan menuju Kecamatan Logas Tanah Darat tidak bisa dilewati sama sekali oleh kendaraan roda empat, karena jalan menuju kecamatan itu tertutup ful oleh sepeda motor yang parkir dan orang berbelanja.

Jadi, jika ada yang mau ke Kecamatan Logas Tanah Darat lewat pasar Pangean pada hari jum’at pagi menjelang siang diharapkan untuk pikir-pikir dulu atau mencari alternative jalan yang lainnya agar tidak terjebak macet.

Berbagai lokasi jalan lainnya juga telah dimanfaatkan untuk lokasi parkir, namun tetap tidak mencukupi termasuk bebera pekarangan masyarakat dengan jumlah yang padat juga, dan juga berimbas kepada jalan provinsi yang menghubungkan Teluk Kuantan dengan Rengat.

Sebuah logika yang dikatakan Camat Pangean Asmari S.Sos sangat logika, dia mengakui kalau kondisi parkir pasar Pangean memang begitu adanya setiap hari pasar akibat tidak memadainya fasilitas parkir yang ada.

Pasar yang ada sejak tahun 1930 itu sampai saat ini ternyata tidak ada perluasan sama sekali tetap seperti itu termasuk belum ada pembenahan secara maksimal. “Bayangkan, kebutuhan pasar tahun 1930 waktu itu juga menampung kebutuhan pada tahun 2010,” kata Asmari.

Fasilitas dimaksud ternyata perluasan areal pasar atau alternative pemindahan pasar, sampai saat ini Asmari mengaku belum ada jalan keluar sama sekali, karena untuk mencari tanah sebagai lokasi pasar sangat sulit, hal itu dapat dicontohkan dengan lokasi kantor camat Pangean yang juga jauh dari keramaian.

Sejumlah ruas jalan memang dipakai untuk fasilitas parkir, namun sebaiknya Asmari menargetkan kedepan harus ada jalan keluar untuk permasalahan parkir yang semraut ini.

Melihat kondisi yang ada, paling tidak penambahan fasilitas parkir dibahu jalan salah satu alternative dan jalan keluar dari permasalahan ini, dengan membuat dari semen bahu jalan itu dan bisa dipergunakan untuk lokasi parkir.

Namun kapan bisa hal ini terealisasi Asmari juga tidak bisa menargetkan, namun untuk sementara pihak harus melakukan penertiban langsung ke lapangan terutama parkir yang memakan badan jalan yang menyebabkan kemacetan. (noprio sandi)

Ruas provinsi di Pasar Pangean macet saat hari pasar. (noprio sandi)

Sepeda motor memadati pasar Pangean ketika hari pasar Jum’at (noprio sandi)