Data 19 Febaruari 2012
Kecamatan Inuman Kabupaten Kuantan Singingi yang dikenal sebagai gudang da’I ternyata juga memiliki hasil alam lainnya. Diantaranya madu. Disepanjang jalan raya Inuman terlihat masyarakat menjual madu menggunakan botol. Sepertinya madu ini belum dikelola secara professional.
Berdasarkan pantauan, ruas jalan Inuman terlihat banyak masyarakat yang menjual madu dalam kemasan sederhana, baik menggunakan botol sosro, botol plastic aqua serta bentuk kemasan lainnya.
Madu yang mereka jual terlihat berwarna coklat, menandakan madu tersebut dihasilkan oleh lebah yang ada disekitar hutan kecamatan itu, dan tidak dari makanan kelapa sawit yang berwarna hitam.
Dipinggir jalan kecamatan itu tepatnya di Desa Koto Inuman, juga terlihat ada satu batang pohon sialang, di pohon ini bergelantungan lebah-lebah yang diperkirakan sebagai tempat penghasil madu.
Di pohon itu telah terlihat alat bantu memudahkan pemilik pohon sialang itu untuk mengambil madu di malam hari, siapa pemiliknya, kurang diketahui secara pasti.
Ipul, warga setempat mengaku sering mengambil madu dipohon sialang sekitar kecamatan itu melakukan aktivitasnya di malam hari. “Biasanya saya mengambil madu malam hari, dan pakaian yang dikenakan sebanyak tiga lapis, sedangkan untuk bagian muka, saya jadikan sendok goreng yang berlobang-lobang itu,” terang Ipul.
Sebagai pengambil madu sialang, Ipul merasa hasilnya cukup lumayan, namun semenjak istrinya meninggal, dirinya tidak lagi melakukan aktivitas itu, melainkan telah bekerja sebagai buruh pada suatu perusahaan yang tidak jauh dari kecamatan itu.
Sementara itu, berapa banyak pohon sialang di sekitar kecamatan itu belum bisa ketahui secara pasti, melihat dari banyaknya masyarakat yang berjualan madu didepan rumah mereka, menandakan pohon sialang yang dipergunakan untuk mengambil madu tidak satu batang itu saja.
Dinas Kehutanan Kabupaten Kuantan Singingi sampai saat ini ternyata belum menginventarisir pohon sialang yang ada dikawasan hutan Kuansing. Namun untuk masyarakat yang memanfaatkan pohon sialang guna menghasilkan madu, telah dilakukan pembinaan agar menghasilkan madu berkualitas.
“Di data olun, kiro-kiro ado 25 buah, belum ada inventarisir secara menyeluruh,” pengakuan Ir. Febrian Swanda, Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Kuantan Singingi belum lama ini di ruang kerjanya.
Cuma untuk lebah madu katanya telah ada peraturan daerah yang mengaturnya, sehingga perda itu bisa menyelamatkan pohon sialang, dan salah satu perusahaan yang telah ikut menyelamatkan pohon sialang ini PT. RAPP, karena kalau mereka menemukan pohon sialang tidak ditebangnya.
Namun Febrian tidak menutup keadaan yang terjadi awal tahun 2000-an ada konflik antara masyarakat dengan PT RAPP yang meminta ganti rugi terhadap pohon sialang yang telah ditebang oleh perusahaan itu, sedangkan sekarang ada tidak ada lagi laporan dari masyarakat terkait penebangan pohon sialang oleh perusahaan.
Kemudian terkait pengelolaan madu sialang ditengah masyarakat lanjut Febrian Swanda diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat setempat, pihaknya cuma sekedar menyediakan jasa pendampingan dari penyuluh-penyuluh. “Bagaimana menghasilkan madu yang berkualitas,” katanya termasuk membantu dalam jasa pemasaran madu.
Sampai sekarang efek dari jasa pendampingan itu termasuk dari pihak WWF itu menurut Febrian Swanda telah ada, termasuk madu tersebut telah diberi label merek tersendiri “Madu Teso Nilo” dan telah masuk pasar diantaranya di Pasar Buah Pekanbaru.
Kualitas madu yang dihasilkan tergantung makanan lebahnya, ada yang disebut madu sawit, berwarna hitam dan ada yang disebut madu padi, berwarna kuning, dan madu dihasilkan itu dikoordinasikan dengan Dinas Kehutanan. (noprio sandi)
Teks foto
Sialang-Pohon sialang di Desa Koto Inuman Kecamatan Inuman bisa dilihat dari pinggir jalan raya. Masyarakat setempat banyak yang berjualan madu. (f.Noprio)