Rabu, 08 Juni 2011

Memaksa Petani Dua Kali Musim Tanam

Petani memang masyarakat bawah yang bisa diobrak abrik oleh siapapun termasuk oleh pemerintah, namun obrak abrik dimaksud kadang kalang dengan maksud baik. Diantaranya petani selalu didesak oleh pemerintah untuk bertanam padi dua kali dalam setahun, padahal maksudnya baik, agar produksi padi di Kuansing meningkat dan mendukung Operasi Pangan Riau Makmur (OPRM), namun kondisi ini seperti sedikit memaksa.

Mengapa dikatakan memaksa, sejumlah ibu-ibu di Dusun Poriang Desa Pulau Aro Kecamatan Kuantan Tengah ketika ditanya secara serentak mereka mengatakan tidak mau menanam padi dua kali dalam setahun seperti yang sedang digalakkan pemerintah sekarang.

Alasan mereka sangat logis, yang paling utama ternak, pemilik ternak di kawasan itu enggan untuk mengikat ternaknya jika tidak musim tanam besar (musim tanam satu kali setahun, red) sehingga jika dipaksakan juga melaksanakan musim tanam dua kali dalam setahun, tentu padi mereka akan dimakan oleh ternak.

Alasan penolakan lainnya, musim tanam dua kali dalam setahun tidak didukung oleh pupuk dari pemerintah, karena kalau dilaksanakan dua kali tanam, kesuburan tanah persawahan akan berkurang, tidak seperti beberapa kawasan subur lainnya di Provinsi Sumatera Barat.

Penolakan dua kali musim tanam padi juga disampaikan langsung kepada Sekda Kuansing Drs H Zulkifli, M.Si ketika berkunjung ke Desa Sungai Soriak Kecamatan Kuantan Hilir beberapa waktu lalu, dimana saat itu Zulkifli melemparkan kepada masyarakat apakah bersedia melaksanakan dua kali musim tanam?, secara serentak masyarakat menolak dengan alasan kesulitan untuk mencarikan makanan ternak.

Ketika Zulkifli tidak hanya meluruskan penolakan masyarakat tersebut, namun dia mengatakan, ajakan untuk dua kali musim tanam untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, memang program ini tidak mudah, karena musim tanam yang telah biasa dilaksanakan masyarakat hanya satu kali musim tanam.

Sebenarnnya itu hanya cerminan kecil dari mayoritas masyarakat Kuansing, mereka menolak melaksanakan musim tanam dua kali dalam setahun, namun Dinas Tanaman Pangan tidak patah arang, melalui ujung mereka petugas lapangan bersama Kepala Cabang Dinas Tanaman Pangan di berbagai kecamatan tetap berupaya agar terjadi dua kali musim tanam.

Akibatnya, diberbagai persawahan Kuansing di berbagai kecamatan ada yang mau melaksanakan musim tanam dua kali setahun dan ada yang menolak, akibatnya terlihat ada sawah yang digarap dan ada pula sawah yang tidak digarap, sementara sejumlah ternak terlihat berkeliaran seperti biasanya.

Dengan demikian, kemungkinan yang akan terjadi akibat upaya memaksa petani melaksanakan dua kali musim tanam ini, akan terjadi bentrok antara pemilik ternak dengan petani, dan rata-rata pemilik ternak juga menjadi petani.

Pemerintah tidak salah, mereka tentu melihat keberhasilan sejumlah wilayah di Indonesia yang melaksanakan musim tanam bahkan lebih dari dua kali dalam setahun untuk varietas padi tertentu, sementara mereka hanya berangsur-angsur menerapkan dua kali musim tanam.

Tidak lain dengan harapan agar produksi padi di Kuansing meningkat dari sebelumnya untuk mengejar swasembada beras meski kurang didukung pengairan serta pupuk yang cukup, namun langkah ini perlu didukung secara bersama.

Namun menjelang melangkah lebih jauh, Dinas Tanaman Pangan seharusnya membuat kajian secara matang memecahkan masalah yang ada dilapangan, baik secara psikologis masyarakat yang terbiasa melaksanakan dengan musim tanam sekali dalam setahun dari sejak nenek moyang mereka.

Bahkan ada petani yang mengatakan, sedangkan dengan satu kali musim tanam saja mereka merasa enggan karena hasil padinya kurang maksimal dan tidak didukung fasilitas irigasi serta pupuk yang cukup, apalagi harus duu kali dalam setahun. (noprio sandi)

Sosial dan Tenaga Kerja: Dana Kesra, Kapan lagi Cairnya

Dana Kesra Pernah Cair Sebelum Lebaran

Pemilukada Kuantan Singingi usai, hiruk pikuk itu mulai senyap. Namun ada hal yang menjadi tanda Tanya banyak pihak. Akankah dana kesra ini terus digulirkan oleh bupati dan wakil bupati terpilih Kuansing H Sukarmis-Drs. H. Zulkifli, M.Si

Belakangan diketahui, kalau mayoritas pegawai dilingkungan Pemkab Kuantan Singingi, baik PNS maupun honorer kurang memberikan dukungan kepada pasangan yang menang ini. Sehingga berimbas kepada banyaknya spekulasi politik yang datang ditengah masyakat tentang dana kesra ini.

Spekulasi tersebut diantaranya, adanya desas-desus bupati terpilih tidak akan lagi memberikan dana kesra, akibat bentuk kemarahannya kepada mangkirnya sejumlah pegawai dilingkungan Pemkab Kuantan Singingi.

Desas-desus lain, pemerintah pusat telah melarang menganggarkan dana kesra. Namun demikian belum ada keterangan resmi dari pihak Pemkab Kuansing terutama Sukarmis-Zulkifli tentang dana kesra ini, sehingga masih menjadi tanda Tanya.

Padahal, sebelum pemilukada bulan April 2011 lalu, Pemkab Kuansing sempat menggelontorkan dana untuk kesra ini, sehingga pegawai beserta keluarga serta masyarakat sangat gembira, akan ada lagi perputaran uang ditengah masyarakat dengan jumlah milyaran rupiah.

Sebelum itu, Tanggal 7 September 2010 merupakan hari bahagia bagi ribuan pegawai serta guru yang ada di Kabupagen Kuantan Singingi, tentu kebahagian ini berimbas juga kepada kalangan swasta yang mendapatkan efek dari keberadaan itu, dimana dana kesra cair.

Tidak banyak yang tahu bagaimana proses agar dana kesra itu cair, dan tidak banyak yang tahu bagaimana perjuangan Pemkab Kuansing agar dana kesra itu bisa cair, dan yang paling sakral itu, pencairan dana sebelum lebaran.

Bupati Kuansing H Sukarmis sempat berjanji untuk mencairkan dana kesra sebelum lebaran, ternyata janji itu ditepati, kalau tidak tentu akan membawa efek yang negative terhadap pemerintahan sekarang, karena dia akan maju sekali lagi menjadi calon bupati.

Pegawai yang menerima dana kesra sebelum lebaran ini tentu disambut baik sejumlah pegawai, disaat kondisi serba sulit, dana kesra ini sebagai dewa penyelamat, otomatis pegawai berlebaran bersama keluarga dengan senyum yang indah.

Dana kesra ini tersebar pada sejumlah pegawai diberbagai wilayah di Kuansing, otomatis mereka juga berbelanja dan melakukan aktivitas jual beli dengan pedagang serta yang lainnya, sehingga uang tersebut menyebar ditengah masyarakat, daya beli menjadi tinggi. (noprio sandi)

Polisi terlihat berjaga-jaga di kantor bupati saat pencairan dana kesra. (noprio sandi)

Berita Lainnya
Setelah Kebakaran Pasar Lubuk Jambi, Perlu Ditata Ulang

Sedih memang, mereka yang kedainya terbakar di Pasar Lubuk Jambi bulan ramadhan lalu. Betapa tidak hanya dalam waktu singkat semua kedai papan itu ludes dimakan sijago merah, semua lantaipun ludes, karena terbuat dari papan.

Bencana sudah berlalu, perlu menapak hari esok, namun perlu menjadi pertimbangan berbagai pihak, apakah ditempat itu akan dibangun kembali ruko papan yang baru, atau dibangun ruko bertingkat dari beton, atau memindahkan ke lokasi baru yang lebih representative.

Sebuah kedai papan saat ini telah berdiri kembali di lokasi itu, ditambah satu kedai yang beratapkan tendas biru, ternyata sudah ada yang memulai membangun kembali pasar bekas kebakaran tersebut, apakah hal ini telah dilakukan koordinasi dengan pihak kecamatan, belum diketahui secara pasti.

Camat Kuantan Mudik Efrizon Marzuki AP, M.Si ketika dimintai tanggapannya terkait kebakaran pasar Lubuk Jambi saat acara open house di kediaman Ketua DPRD Provinsi Riau Djohar Firdaus beberapa waktu lalu berharap warga yang mau membangun kembali kedai mereka perlu melakukan koordinasi dulu dengan pihak kecamatan.

Karena di lokasi pembangunan pasar itu diketahui sudah sangat membahayakan pemiliknya, karena berada dipinggir tebing yang curam serta berada dipinggir jalan raya yang sangat membahayakan masyarakat serta pengendara sendiri.

Koordinasi itu bukan bermaksud menghalang-halangi untuk membangun, karena sampai saat ini pihak kecamatan menurut Efrizon belum mengetahui secara pasti hak atas kepemilikan tanah bekas kebakaran tersebut. “Itu yang akan kami telusuri, “ kata Efrizon.

Berbagai alternative kemungkinan bisa saja terjadi diterapkan untuk permasalahan ini, diantaranya menjadikan lokasi bekas pasar yang terbakar tersebut menjadi taman kota dan memindahkan lokasi kedai ke tempat lain yang representative, untuk menhindari kemacetan lalu lintas.

Dimana lokasi pemindahan ternyata juga belum jelas dan masih perlu pengkajian lebih lanjut karena pedagang tentu tidak juga mau dirugikan, mereka mencari nafkah untuk menghidupkan keluarga serta membantu perkembangan ekonomi Kuantan Mudik.

Efrizon sangat mengharapkan, semua pihak menahan diri sebelum ada jalan keluar yang terbaik untuk bersama, karena kalau dibangunpun ruko yang lebih representative di lokasi kebakaran, pihak Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang diyakininya tidak akan memberikan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) karena berada dibantaran sungai.

Salah seorang pemilik kedai yang enggan disebutkan namanya ketika ditemui ditempat kebakaran (19/9) lalu mengaku akan tetap membangun kembali kedainya dibekas kebakaran tersebut, namun dia hanya kesal dengan pihak pemadam kebakaran yang tidak siaga terhadap kebakaran yang terjadi.

Padahal kalau petugas pemadam kebakaran siaga, api diperkirakannya masih bisa dipadamkan, namun karena sudah terlambat, maka mereka lebih cendrung membiarkan saja api menghanguskan semua bangunan karena akan mempermudahkan dalam membersihkannya setelah kebakaran.

Kemudian dari pada itu, hingga bulan Juni 2011, harapan camat Efrizon Marzuki agar semua pihak menahan diri hanya isapan jempol belaka, karena sejumlah orang mengaku pemilik kedai itu membangun lagi kedai mereka dengan konstruksi kayu.(noprio sandi)

Seorang pekerja terlihat membersihkan puing-puing kebakaran. (noprio sandi)

Tenaga kerja asal Fhilipina Geraldine Jensen (tengah) memperlihatkan Tabloid Sentral Kuansing saat acara berbuka puasa bersama Persatuan Wartawan Kuantan Singingi (Pewarta) di rumah makan Muara Fajar Sentajo, dia menjadi Corporate Manager di PT RAPP. (noprio sandi)

Habis Lebaran, Musim Kawin

Entah sudah menjadi tradisi masyarakat Kuantan Singingi atau hanya kebetulan, setelah hari raya Idul Fitri sejumlah pasangan melangsungkan pesta pernikahan. Mereka menyebar diseluruh wilayah Kuantan Singingi.

Hampir setiap hari mulai Cerenti sampai Hulu Kuantan dilihat iring-iringan penganten baru dijalan raya, iring-iringan ini dengan menjunjung sisampek atau jambar kecil, barisan ini sangat indah dilihat, mereka tidak menghalangi jalan, karena rata-rata mereka berbaris satu-satu dan paling banyak dua barisan, tapi cukup panjang.

Tidak hanya iring-iringan penganten yang terlihat, tetapi sejumlah tenda terpasang disejumlah rumah warga tempat penganten itu melangsungkan pesta pernikahan, pemandangan ini dilihat setiap usai lebaran, banyak kalangan menilai usai lebaran merupakan musim kawin. (noprio sandi)

Ibu-ibu di Simandolak Kecamatan Benai terlihat menjujung sisampek atau jambar ketika acara pesta pernikahan warga usai lebaran. (noprio sandi)

RAPP Buka Puasa Bersama Wartawan

Dianak Tirikan, Suka Damai Membangun Secara Swadaya

Tak kunjung diperhatikan pemerintah, Desa Suka Damai Kecamatan Singingi Hilir mengambil sikap untuk membangun secara swadaya. Kerja keras terbukti, sejumlah fasilitas seperti tribun lapangan bola kaki Tunas Jaya tetap selesai, anehnya yang membangun swadaya masyarakat, tapi yang meresmikan pemerintah.

Taufiqqurahman Kepala Desa Suka Damai Kecamatan Singingi Hilir pada suatu kesempatan di desa mereka mengharapkan agar H Sukarmis dan Zulkifli memimpi Kuansing kedepan, bahkan mereka tidak akan banyak bicara melainkan akan membuktikan pada tanggal 7 April mendatang (pemilikada, red). Mengapa mereka berharap demikian?, ternyata mereka tetap terus berharap mendapatkan kue pembangunan.

Padahal desa mereka merupakan daerah yang tertua di daerah ekstran, ketuaan ini seakan menjadikan desa itu bertingkah seperti anak yang sulung, yang selalu mengalah kepada adik-adiknya, sehingga seakan terjadi seperti anak tiri yang dihidup dibumi Kuantan Singingi.

Jika pemilu tidak kurang dari 70 persen hasil bendera kuning (Golkar,red), bahkan bisa mencapai 90 persen. Untuk itu mereka pada pemilukada mendatang juga akan membuktikan kondisi yang sama dengan angka diatas.

Telah memenangkan berbagai pertarungan politik dengan real serta dianak tirikan, ternyata Desa Suka Damai lanjut Taufiq tidak putus arang, mereka terus membangun, diantaranya berhasil membangun tribun mini hasil bantuan berbagai pihak termasuk Kabag Umum Setda Jafrinaldi, juga masyarakat merencanakan membangun pagar keliling lapangan bola kaki, kembali diharapkan bantuan dari berbagai pihak, tidak tertutup kemungkinan dari Bupati Kuansing H Sukarmis.

Minimnya pembangunan diakui juga Camat Singingi Hilir Ramli, S.Sos, dari 12 desa yang ada di kecamatan itu, 6 desa berada di daerah ekstransmigrasi, dan dari 12 desa itu juga ada 4 desa yang belum ditempuh jalan aspal. Keempat desa itu, Desa Simpang Raya, Muara Bahan, Suka Damai dan Beringin Jaya.

Kecamatan Singingi Hilir yang memiliki penduduk lebih kurang 35 ribu lebih, pemilih 23.211 orang dan sebagian besarnya berada di daerah ekstran, 16 ribu sampai 17 ribu pemilih, dan di Desa Suka Damai sendiri penduduk 1.700 dan pemilihnya lebih kurang 1.555 orang.

Masyarakat di Kecamatan Singingi Hilir ini diharapkan Ramli tetap kompak dan bersatu padu mensukseskan kegiatan pesta demokrasi 7 April, mudah-mudahan jumlah pemilih 23.211 menggunakan hak suaranya

Begitu juga dengan warga Suka Damai seperti yang sampaikan kades serta tokoh masyarakat, warga Suka Damai tidak banyak bicara, untuk itu mereka sama-sama menunggu hasil dari Suka Damai

Disinggung soal desa yang tua, Bupati Kuansing H Sukarmis menegaskan tidak ada anak tiri dan anak kandung oleh pemerintah. Semua desa dibangun sesuai kemampuan keuangan daerah (APBD, red). Sedangkan kondisi APBD Kabupaten Kuantan Singingi dibandingkan dengan APBD daerah lain di Riau, Kuantan Singingi paling minim. Oleh sebab itu, kegiatan membangun dilaksanakan dengan mengangsur.

Sedangkan di kawasan ekstran, diakuinya sangat banyak partisipasi masyarakat dalam membangun, diantaranya pembangunan tribun mini, akibatnya Kuantan Singingi bisa bersaing dengan daerah lain. Bahkan jika dibandingkan dengan kawasan non ekstran, pembangunan di kawasan ekstran sangat maju, terutama dibidang ekonomi.

Akibat ekonomi yang baik, berimbas kepada baiknya kehidupan sosial masyarakat, tidak terdengar terjadi permasalahan sosial diantaranya tidak terdengar provokator yang mengompori masyarakat, melainkan hanya sekedar tindak kriminal seperti pencurian sepeda motor, pelakunya bukan masyarakat setempat, melainkan kemungkinan dilakukan oleh pendatang.

Terkait keinginan masyarakat agar dibangun jalan, Sukarmis berharap berbagai infrastruktur selesai dibangun, namun apa boleh buat, kemampuan keuangan daerah terbatas, sehingga pembangunan belum siap. Oleh sebab itu salah satu alasan dirinya maju kembali bersama Drs H Zulkifli, M.Si untuk menyiapkan pembangunan yang belum siap itu.

Untuk pengaspalan jalan, dari sejumlah desa yang ada di Kecamatan Singingi Hilir, tahun 2011 hanya tinggal 2 desa, Muara Bahan dan Desa Beringin Jaya, sedangkan untuk Desa Suka Damai sendiri mendapatkan pembangunan jalan, Desa Muara Bahan meksi tidak mendapatkan pembangunan jalan, ternayta desa itu mendapatkan penambahan lokal gedung SLTP, Beringin Jaya belum sama sekali, kedepan akan menjadi perhatian pemerintah.

Ada kekurangan, tentu ada kelebihan, Desa Suka Damai sendiri ternyata sudah masuk listrk PLN, dengan adanya listrik memberi dampak positif bagi masyarakat, sedangkan beberapa desa lain yang berada tidak di kawasan ekstran malah tidak mendapatkan listrik sama sekali.

Selain kelebihan sudah mendapatkan listrik, kawasan ekstran masyarakatnya juga giat bekerja. Salah satu giatnya masyarakat terbukti dengan selesainya dibangun tribun mini di Desa Suka Damai, murni swadaya pemuda. Setelah ini selesai, kembali direncanakan pemagaran lapangan bola kaki dari beton. Untuk pembangunan pagar ini, secara pribadi Sukarmis menyumbang 200 sak semen. (noprio sandi)

Bupati Kuansing H Sukarmis bersama tokoh masyarakat Singingi Drs H Zulkifli M,Si serta Plt Sekda Drs. Muharman, M.Pd, Camat Singingi Hilir Ramli, S.Sos, berbincang dengan Kepala Desa Suka Damai Taufiqqurahman saat berada di atas tribun mini desa itu. (noprio sandi)

Refleksi, MTQ,HUT Kuansing Dan Akhir Masa Jabatan Bupati

Oleh
Ependri

Teluk Kuantan,- Tak ada karya yang paling berharga mahal selain karya yang mendapat pujian dan dikagumi banyak orang. Tak ada yang paling mencengangkan selain apa yang diperbuat membuat orang takjub. Tak ada waktu yang paling berharga disaat ulang tahun orang bisa menikmatinya dan terkagum-kagum. Sakwasangka boleh dipegang tapi jangan disebarkan sebelum kita mampu melihat dan membuktikan kalau sakwasngka itu ternyata keliru.

Filsuf diatas sengaja diulas untuk mengurai simpul dalam melihat refleksi perkembangan kabupaten Kuantan Singingi yang genap berusia 11 tahun. Dalam usia yang masih dini, dinegeri Pacu Jalur berhasil digelar helat akbar MTQ tingkat provinsi Riau yang ke XXIX. Helat akbar yang sarat dengan Syiar Islam itu bertepatan pula dengan hari ulang tahun kabupaten. Terlebih, gelaran pesta besar mengundang decak kagum itu merupakan helat penting dirakhir masa jabatan pasangan Bupati dan Wakil Bupati Kuantan Singingi H Sukarmis-Mursini. Jika benar keduanya berpisah untuk maju dalam perahu berbeda pada Pemilukada 7 April 2011 mendatang, gelaran pesta itu jelas akan menjadi buah tangan dan karya amat manis yang patut dihargai.

Betapa tidak, disaat memperingati hari jadi ke 11, Kuansing bisa menjadi tuan rumah MTQ tingkat provinsi. Tidak dengan basa basi, semua orang bisa melihat dengan mata kepalanya, Kuansing yang dikunci sebagai daerah dengan duit paling kere dari 10 saudaranya di Riau, ternyata bisa menunjukkan jati dirinya sebagai daerah yang kaya dengan pembangunan kendati dikotomi sebagai daerah miskin.

Bila ditata, diatur dan ditepatgunakan, duit sedikit yang dipunyai Kuansing, ternyata bisa membangun Stadion dalam suatu kompleks yang juga terdapat 2 unit GOR yang disanding dengan masjid Agung yang disebut dengan Sport Center atau pusat olahraga. Tak hanya itu, di Kuansing juga dibangun "Sekolah Pintar" yang apabila dilihat dari jauh, kompleknya mirip sekolah di Singapura karena terkesan elite walaupun tak mahal. Wujud nyata itupun bisa dilihat hampir seluruh kepala daerah dan pejabat se Riau dan beberapa kepala daerah tetangga dari Sumbar dan Jambi yang sengaja diundang menyaksikan MTQ yang digelar bertepatan dengan hari jadi ke 11 negeri Pacu Jalur.

Yang paling membanggakan jelas Bupati ke 3 Kuantan Singingi, H Sukarmis pada sambutannya adalah, MTQ tingkat propinsi Riau dapat digelar bersamaan dengan hari jadi kabupaten Kuantan Singingi yang ke 11. Seolah-olah MTQ digelar khusu untuk HUT Kuansing. Apalagi dengan MTQ, kami bisa memperlihatkan kepada pengunjung dan pejabat undangan, bahwa kami bisa membangun infrastruktur dan sarana yang semula diprediksi takkan sanggup kami bangun karena kami tak cukup duit. Tapi lihatlah kenyataannya. Fakta membuktikan dan jauh lebih berharga dari bualan dan racau banyak orang yang meragukan kemampuan Kuansing.

Apalagi hanya dalam kurun waktu satu setengah tahun lebih, daerah rawah dan semak berbukit dapat disulap menjadi kompleks Sport Center. Dengan persiapan yang semuanya digesa habis-habisan, kompleks olahraga dengan biaya mencapai ratusan miliar dan belum diresmikan itu, dapat menjadi singgasana MTQ dan diselenggarakannya berbagai lomba membaca Alqur'an. Semoga menjadi suatu pertanda yang sangat baik untuk melihat Kuantan Singingi. Apalagi, pemakaian gedung Sekolah Pintar, Sport Center dan Mesjid Agung, diawali dengan lantunan ayat-ayat suci Alqur'an dan pijakan kaki para pembaca alqur'an yang datang dari berbagai pelosok rantau. Patut dibanggakan diakhir masa jabatannya pasangan H Sukarmis-Mursini bisa meninggalkan karya berupa mesjid agung, sekolah pintar dan sport Center dan yang paling mengesankankan dapat diselenggarakannya MTQ tingkat provinsi Riau.

Tak patut disalahkan jika selama ini banyak orang yang ragu dimana letak Kuansing apakah termasuk Riau, Jambi atau Sumbar. Bahkan cerita yang menggelitik menyebut "pokoknya kalau tak salah, di Kuansing itu ada daerahnya yang terkenal dengan sebutan Taluk Kuantan termasyhur dengan tradisinya berupa pacu sampan(Pacu Jalur-red) yang memuat hingga hampir 70 orang anak pacu. Daerahnya sekitar Kiliran Jao, mau ke Jambi, tapi mungkin masih termasuk wilayah Riau lah. Yang diingat hanyalah Pacu Jalur di Taluk, nontonnya tak bayar alias gratis.

Cerita diatas memang tidak meleset. Teluk Kuantan memang pusat kota dari negeri Pacu Jalur yang sekaligus menjadi Ibukota kabupaten dan pusat pemerintahan. Yang meleset hanyalah anggapan orang bahwa kota yang dulunya sunyi senyap dan gelap dan banyak rumah tiang berpelantar, sekarang sudah bersolek, membangun dan membangun sehingga menjadi kota yang terang benderang dengan wajah baru. Bagi sebagian orang yang tak lagi menginjakkan kakinya sejak tahun 80-an atau paling tidak dalam 2-3 dekade belakangan, dipastikan akan tercengang-cengan dan sudah pasti takkan tahu persis perkembangan negeri Pacu Jalur. Racau dan bualan orang tentang pesatnya pembangunan Kuansing akan membuat para perantau terhenyak salut.

Jika pernah balik kampung pada tahun 70-80an, menunggu mobil tumpangan searah dengan kampung saja bisa berjam-jam karena kendaraan baik roda maupun roda 4 masih sangat jarang termasuk mobil pra. Bahkan bisa tidur-tiduran ditepi jalan sambil menanti tumpangan. Tapi kalau sekarang, sepersepuluh menit saja lengah di tepi jalan, alamat badan akan remuk dihantam mobil dan honda yang lewat mencapai 1000 unit perjam atau bisa lebih dari 100 permenitnya.

Belum lagi ramainya orang. Kalau dulu, pergi menonton Pacu Jalur cukup dengan berjalan kaki, bersepeda, naik pompong atau menunggu tumpangan mobil pra, saat ini pemandangan seperti itu sudah tak zaman. Pokoknya kalau sudah musimnya Pacu Jalur, desingan knalpot dan deru mesin-mesin motor dan mobil akan membuat gendang telinga menjadi bengkak. Silang maru kendaraan dan kerumunan orang sudah seperti gerombolan semut yang keluar dari sarangnya.

Pada Rapat Paripurna Istimewa Dewan tepat 12 Oktober 2010 di rumah rakyat yang dipimpin Ketua Muslim, S.Sos serta turut dihadiri, Wabup, Kapolres, Bupati Damasraya, Perwakilan Bupati Kampar serta dihadiri sejumlah pendiri negeri, Bupati H Sukarmis menyampaikan bahea Isolasi daerah terutama kawasan yang jauh dari ibukota, sudah dibuka dengan membangun infrastruktur jalan, jembatan, sarana pendidikan dan berbagai sarana vital lainnya di pedesaan. Sehingga tak satupun desa atau kelurahan di Kuantan Singingi yang tak bisa dilewati kendaraan roda 4 atau seluruh desa dan kelurahan di Kuansing sudah dibisa lewati mobil. Pemerintah juga akan terus membangun infrastrutur jalan menuju sentra-sentra perkebunan karet rakyat, peladangan dan terus membangun percetakan sawah baru bagi kawasan yang masih potensial.

Pemerintah akan terus menciptakan program terobosan yang bersinggungan langsung untuk peningkatan kehidupan sosial masyarakat, membiayai hidup orang jompo agar mereka tidak terus ditelantarkan, mengurangi angka kemiskinan, pengangguran, peningkatan produksi pertanian serta juga memprogramkan pembangunan rumah layak huni bagi warga miskin. Tak lari dari tujuan semula didirikannya kabupaten ini, pemerintah akan terus memprioritaskan pembangunan perekonomian yang dapat merubah tingkat kehidupan sosial warga Kuansing. Kemiskinan dan keterbelakangan selama ini tak bisa dibiarkan. Semuanya harus berubah. Pola hidup masyarakat harus segera dirubah menjadi masyarakat pekerja keras. Jika program pemerintah dapat berjalan diatas dukungan masyarakat dan masyarakat mau merobah nasibnya, maka taraf hidup warga Kuantan Singingi akan jauh lebih baik. Masyarakat harus punya tekad untuk berubah. Dengan usia kabupaten yang sudah 11 tahun, patut kita renungkan bagaimana kehidupan kita sebelumnya. Kita harus merefleksikan dan harus mampu mengembangkan jati diri dan potensi yang kita punyai. Kalau tidak kapan lagi kita bisa berobah, jelas Sukarmis harap. (*)

Fiksi Singingi Jangan Timbulkan Perpecahan

Kecamatan Singingi saat ini tergolong kecamatan banyak memiliki fiksi (kelompok-red). Dua fiksi yang menonjol saat ini antara penduduk asli tempatan dengan penduduk pendatang. Kondisi ini disebabkan Singingi merupakan salah satu kecamatan yang dijadikan sebagai sumber ekonomi dari berbagai fiksi tersebut.

Berbeda, bukan berarti masyarakat tempatan menolak kedatangan pendatang yang juga telah menjadi warga Singingi saat ini, setidaknya itulah yang dipesankan Sekda Kuansing Drs Zulkifli, M.Si tokoh sentral Singingi dan Singingi Hilir ketika berkunjung ke Desa Logas di Masjid Al Ikhlas (30/8/2010).

Dari perbedaan itu diharapkan persatuan dan kesatuan di Singingi tetap dijaga, sehingga tidak ada perbedaan antara masyarakat pendatang dengan masyarakat tempatan, Zulkifli tidak ingin Singingi seperti Aceh serta beberapa daerah di Indonesia lainnya yang telah terjadi gesekan antar beberapa fiksi.

Termasuk fiksi dalam berpolitik, karena diakui Zulkifli, di Singingi juga terdapat banyak perbedaan pandangan politik, namun tidak untuk dipertentangkan, bukan tidak dibenarkan berdemokrasi, namun perbedaan politik itu ternyata sangat dibutuhkan untuk perjuangan Singingi dan Singingi Hilir di balantika perpolitikan di Kuansing.

Sumber Daya Manusia (SDM) Kecamatan Singingi diakui Zulkifli memang sangat rendah dibandingkan beberapa daerah di Kuansing, jumlahnya sangat kurang baik yang ada dipartai politik maupun di pemerintahan.

Masih sulit mencari warga Singingi dan Singingi Hilir yang disegani, masih sedikit yang bisa memperjuangkan nasib Singingi di Kabupaten Kuantan Singingi. “Koreksi diri kita,” minta Zulkifli yang saat ini telah menjadi tokoh sentral Singingi dan Singingi Hilir.

Seiring berjalannya waktu, setelah Kabupaten Kuantan Singingi telah dimekarkan, kondisi seperti diatas berangsur-angsur membaik jika dibandingkan sebelum Kuantan Singingi menjadi kabupaten sendiri, bahkan di Singingi sebelumnya menjadi ajang aspirasi politik 100 persen terhadap salah satu partai politik waktu itu, namun yang menjadi wakil Singingi di DPRD Indragiri Hulu ternyata pengusaha dari Rengat bernama Afi.

Dari ras saja, Afi ternyata telah berbeda dengan masyarakat Singingi, karena Afi merupakan keturunan etnis tionghoa, sehingga berteriak masyarakat Singingi ingin segala sesuatu waktu itu tidak bisa terdengar, termasuk kondisi ini masa transisi menjadi kabupaten.

Namun setelah menjadi kabupaten, Zulkifli mengaku memperjuangkan wakil Singingi dan Singingi Hilir di DPRD Kabupaten Kuantan Singingi berasal dari putra daerah, maka salah satu kader Yurnalis SH waktu itu sehingga sudah jelas ada keterwakilan masyarakat Singingi dan Singingi Hilir.

Sekarang, kondisi ini semakin cerah, dimana tujuh orang wakil Singingi dan Singingi Hilir di DPRD Kabupaten Kuantan Singingi mulai dari Konperensi, Endri Yupet, Jon Tikal, Gunarto, Sukemi, Sariham serta anggota DPRD lainnya akan menjadi pejuang Singingi dan Singingi Hilir di tingkat Kabupaten Kuantan Singingi untuk merebut kue APBD Kuansing sehingga pembangunan bisa diarahkan ke Kecamatan Singingi. (noprio sandi)

Camat Singingi Hendra AP M.Si meletakkan batu pertama pembangunan Masjid Al Hidayah Desa Sungai Sirih Selasa (3/8) disaksikan Sekda Kuansing Drs H Zulkifli M.Si. (noprio sandi)

Anggota DPRD Kuansing Suhaimi salah satu wakil dari Kecamatan Singingi dan Singingi Hilir. (noprio sandi)

Sekda Kuansing Drs H Zulkifli telah menjadi tokoh sentral kecamatan Singingi dan Singingi Hilir. (noprio sandi)









Berita lainnya:

Opick dan PT Miracle “Melagak” Hibur Masyarakat Logas


Opick “Tombo Hati”, penyanyi religius ibu kota mendatangi Desa Logas Kecamatan Singingi, kedatangannya bersama MC Irfan Karyo , “Suami-suami takut istri”. Disebut-sebut PT Miracle, sebuah perusahaan tambang ikut mendanai kegiatan tersebut, termasuk mendatangkan dua orang artis ibu kota tersebut.

Saat acara berlangsung Jum’at (17/9/2010), Bupati Kuansing H Sukarmis, Kapolres AKBP Ristiawan Bulkaini, SH, Opick serta Kepala desa Logas memasuki tempat acara, Opick yang menjadi sentral perhatian masyarakat mengenakan pakaian serta serban serba putih.
Dikalungi selendang, Sukarmis, Opick, Ristiawan, dan Wakil Ketua DPRD Elpius, yang juga ada sejumlah ninik mamak menyambut salah satunya mengenakan pakaian serba kuning dengan keris dipinggang, yang berpakaian putih, serta ninik mamak yang memakai pakaian hitam, di kawasan Singingi dan Singingi Hilir dikenal dengan Datuak Nan Baduo dan Datuak Nan Batujuah.

Opick yang ditunggu-tunggu kehadirannya telah datang, namun penonton diminta bersabar sejenak, karena ada acara seremonialnya, pembacaan ayat suci Al Qur’an oleh Maya Mutiara, doa oleh Salam, S.Ag serta sambutan dari Camat Singingi Hendra AP, M.Si.

Saat memberikan sambutan, Hendra sempat memberikan apresiasi kepada sejumah tamu yang hadir termasuk yang bernama Teo dari PT Miracle, ternyata acara ini digagas oleh Logas Community bersama Kurnia Sound.

Pada awalnya, penggagas acara berencana mengadakan hiburan lepas karena penggagas merupakan kalangan pemuda Desa Logas, dan setelah itu diadakan rapat dengan melibat pemerintah desa, ninik mamak, pemerintah kecamatan dan disimpulkan mengadakan Halal Bi Halal.

Terbukti rencana itu berhasil, dengan digelarnya acara, Hendra mengklaim kalau kegiatan tersebut dihadiri semua elemen masyarakat, dan ternyata juga mendatangkan Opick dari Jakarta atas partisipasi PT Miracle, Irfan Karyo. Acara juga dimeriahkan oleh sejumlah band dari Jakarta dan berlangsung hingga malam hari.

Tidak ketinggalan, Bupati Kuansing H Sukarmis juga memberikan sambutan singkat, terutama permintaan maafnya serta memaafkan masyarakat bersamaan dengan hari raya Idul Fitri 1431 H, Sukarmis juga merasa bangga bisa duduk bersama Opick, karena selama ini hanya melihat Opick di layer kaca, bupati saja merasa bangga, bagaimana dengan masyarakat tentu lebih dari itu.

Sukarmis meminta Opick agar bisa menghibur masyarakat Kuantan Singingi di atas pentas seperti yang dilakukan ditelevisi. “Melagak di atas pentas seperti kami tonton di teve,” pinta Sukarmis untuk memberikan tauziah.

Sebelum Opick naik pentas, ternyata acara tidak dipandu oleh oleh MC asal Kuansing, tetapi juga didatangkan dari Jakarta, Ifrfan Karyo yang lebih tekenal dengan acaranya di televise pada acara “Suami-suami Takut Istri”.

Irfan ternyata kocak juga, dia sangat pandai berkomunikasi dengan penonton, turun panggung dan memanggil salah seorang wanita pada mulanya sembari memberikan hadiah, kemudian memanggil tiga orang penonton lagi dan menyuruh mereka memperagakan cara membangunkan orang sahur dengan cara gaya yang kocak.

Opick dipanggil sang MC, dia berjalan dari tempat duduk disamping Sukarmis melintas lapangan menuju pentas utama, ribuan mata tertuju kepada Opick, apa gerangan yang akan dilakukan Opick di atas panggung, masih menjadi tanda masyarakat.

Di atas panggung, Opick mengawali dengan mengajak masyarakat mengucapkan salawat, setelah itu Opick sempat meralat permintaan bupati agar bisa memberikan tauziah, ternyata Opick mengaku bukan ustad tapi cukup menjadi penyanyi saja.

Sebelum menyanyi Opick sempat bersenandung untuk lagu yang ditampilkan pertama, alangkah dekatnya Allah dengan kita…saya tulis “Cahaya Hati”. Lagu kedua terkait banyak terjadi bencana yang menimpa negeri, tsunami, puting beliung, gunung meletus……dia juga menyuruh penonton untuk mengucapkan doa irhamna ya Allah ya Rahman ya Rahim, doa ini diulangnya beberapa kali dengan diikuti penonton, dan judul lagu kedua ini “Irham”.

Lagu ketiga, Opick mengajak Irfan Karyo untuk berduet, sair lagu yang akan dinyanyikan ini diantaranya sepohon kayu daunnya rindang..lebat buahnya, walaupun hidup seribu tahun, kalau tak sembahyang apa gunanya, lagu ini berjudul “Senandung Sebatang Pohon”.

Kemudian untuk lagi berikut, Opick berduet dengan Juwita, seorang penyanyi wanita asal Desa Logas Kecamatan Singingi Kabupaten Kuantan Singingi dengan judul lagu “Allah Maha Melihat”.

Setelah itu Opick mengajak tiga orang penonton untuk menemaninya diatas panggung, mereka menyanyikan lagu “Tombo Hati” atau artinya obat hari, diantara obat hati dalam sair lagu ini membaca Al Quran dan maknanya, sholat tengah malam, puasa, berkumpul sesama orang saleh dan lainnya, ini lagu berisikan nasehat bagi masyarakat, kemudian dilanjutkan dengan lagu “Assalamu Alaikum”. (noprio sandi)

Opick dan Irfan Karyo menghibur masyarakat Desa Logas Kecamatan Singingi, Jum’at (17/9). (noprio sandi)

Dari kiri ke kanan, Kapolres Kuansing AKBP Ristiawan Bulkaini, SH, Bupati H Sukarmis, Opick, kepala desa Logas, (17/9), mereka memasuki lapangan Pasar Logas. (noprio sandi)

Pejabat dan Masyarakat Kuansing Kunjungi Pejabat Provinsi

PEKANBARU-Pemilukada Kuansing usai, namun perlu ditelaah jauh kebelakang, hari raya ketiga, sejumlah pejabat Kuansing bersama beberapa orang tokoh masyarakat berkunjung ke Pekanbaru. Mereka mengunjungi pejabat teras Provinsi Riau dalam rangka berhari raya, kunjungi itu sepertinya sudah terjadwal.

Pejabat Kuansing dipimpim langsung Bupati Kuantan Singingi H Sukarmis, Ketua DPRD Muslim, S.Sos, Sekda Drs H Zulkifli, asisten, kepala dinas/badan, kabag, camat serta sejumlah tokoh masyarakat yang dibawa langsung oleh camat.

Yang pertama kali dikunjungi Gubernur Riau H M Rusli Zainal SE, MP, gubernur berada di kediaman dipersimpangan jalan Gajah Mada, rombongan Kuansing dijamu dengan jamuan yang cukup mewah, termasuk makan siang dengan khas masakan khas Melayu Riau di pendopo.

Rusli Zainal dan istri terlihat berdiri diantara tamu-tamu yang hadir langsung bersalaman dengan masyarakat, pejabat Kuansing, dan saat ini ternyata tamu yang dijadwalkan hadir rata-rata dari Kabupaten Kuantan Singingi, karena sejumlah mobil yang diparkir dikediaman gubernur itu bernomor polisi BM .. K.

Setelah dijamu gubernur, rombongan Kuansing bertolak ke rumah Kapolda Riau Brigjen Pol Suedi Husein di jalan Diponegoro, jamuan di kediaman kapolda ini agak sederhana, tidak semua rombongan Kuansing yang masuk, sebagian hanya menunggu di salah satu pos pengamanan meski telah dipersilahkan masuk oleh petugas disana.

Tidak lama berselang, rombongan bertolak ke rumah Wakil Gubernur Riau HR Mambang Mit disamping Mesjid Agung Annur, ditempat ini sebagian pejabat di jamu di dalam ruangan sedangkan sebagian lain hanya duduk dikursi yang telah disediakan tenda.

Berbeda dengan jamuan di kediaman gubernur, ditempat Mambang Mit ini jamuan sederhana saja, air minum kemasan gelas dan kue mendominasi hidangan di tenda itu, namun ada hiburan dari orgen tunggal dengan seorang penyanyi.

Di tempat ini Kepala Desa Koto Cengar Yuslim ikut menyumbangkan sebuah lagu dangdut, pengunjung yang hadir cukup terhibur, dan kemudian Ketua Tim Penggerak PKK Kuansing Hj Juita Alfis Sukarmis terlihat keluar ruangan bersama dengan istri Mambang Mit yang memakai baju biru muda.

Mereka duduk membaur di tenda dengan tamu lainnya, pemain orgen memanggil Juita Alfis agar menyumbangkan lagu, namun Juita menyuruh Kakan Satpol PP Drs Syoffaizal M.Si untuk menyanyikan lagu Ahmad Dana berjudul Madu Tiga, namun Syoffaizal seperti agak segan.

Tidak lama setelah itu Bupati Kuansing H Sukarmis, Ketua DPRD Muslim, S.Sos, Sekda Drs H Zulkifli keluar bersama Wakil Gubernur Mambang Mit dari dalam rumah itu, tidak diketahui secara pasti apa yang telah mereka bicarakan, namun sepertinya mereka didalam agak lama.

Saat keluar, Sukarmis sempat menyapa masyarakat Kuansing yang ada agar mau menyumbangkan lagu, namun karena tidak ada yang mau, akhirnya rombongan keluar dan melanjutkan berhari raya ke rumah Ketua DPRD Provinsi Riau Djohar Firdaus yang kebetulan tinggal bersebelahan dengan Mambang Mit.

Di tempat ini, Sukarmis dan beberapa orang pejabat disambut langsung Djohar Firdaus dan mereka masuk kekediaman, sementara yang lainnya menuju tenda di luar rumah yang telah disediakan, tenda ini tertutup rapat, ternyata ada pendingin AC.

Tenda luar, tersedia makanan martabak mesir, sedikit buah, soto serta minuman gelas kemasan, hidangan ditempat ini juga juga tergolong sederhana tidak sama dengan hidangan ditempat Gubernur Riau H M Rusli Zainal.

Empat tempat telah dikunjungi, setelah itu romobongan berpencar, ada yang lansung sholat di Masjid Agung Annur, ada yang langsung ke sejumlah Mal serta tempat lainnya, sedangkan Bupati Kuansing H Sukarmis tidak lama setelah itu langsung menuju ke Teluk Kuantan karena ada agenda lainnya. (noprio sandi)

Belum Ada Pembahasan Tanah Pasar Pangean

Harapan mencarikan jalan keluar bagi padatnya pasar Pangean ternyata belum juga menunjukkan titik terang. Tanah pasar baru sebagai jalan keluar sampai saat ini ternyata belum ada pembahasan ditingkat Pemkab Kuansing, semuanya baru batas tata ruang kecamatan.

Kabag Pertanahan Sekretariat Daerah Suhasman S.Pi, M.Si belum lama ini diruang kerjanya mengaku sampai saat ini belum ada pembahasan tentang kebutuhan tanah untuk pasar Pangean, meski kondisi pasar sudah sangat sempit dan tidak sanggup lagi menampung pertumbuhan pasar disana.
Bayangkan saja, ketika hari pasar Pangean (jum’at), kondisi pasar itu tidak sanggup menampung pedagang sampai kepada masyarakat yang membutuhkan tempat parkir, akibatnya sejumlah ruas jalan dipakai untuk parkir.

Termasuk ruas jalan menuju Kecamatan Logas Tanah Darat, sehingga ruas jalan ini tidak bisa dilewati selama pasar berlangsung padat mulai pagi hingga siang harinya, terutama untuk lewatnya kendaraan roda empat.

Suharman mengaku pernah mendengar kalau direncanakan ada jalan alternative untuk menuju Kecamatan Logas Tanah Darat untuk mengatasi permasalahan jalan ketika hari pasar, namun sampai saat ini dirinya tidak mengetahui secara pasti sampai dimana perkembangan jalan itu.

Untuk Kecamatan Pangean, dia hanya mengetahui kalau pernah dibahas tentang kemungkinan pengadaan tanah untuk perluasan gedung Madrasah Aliyah Negeri (MAN) karena saat ini kondisi gedung sekolah itu sangat sempit sehingga perlu perluasan lahan.

Namun untuk perluasan MAN ini pihaknya masih menunggu proposal dari pihak kecamatan, karena usulan pengadaan tanah tersebut perlu adanya proposal dari kecamatan, termasuk jika memang perlu perluasan lahan untuk pasar Pangean dimasa yang akan datang.

Karena untuk pasar, sangat logika menurutnya diperluas, pasar yang dibangun tahun 1930 itu tidak sanggup lagi menampung masyarakat. “Saya mengetahui kondisi ini, karena kebetulan saya orang Pangean juga,” kata Suhasman. (noprio sandi)

Pemadam Kebakaran Perlu Penambahan Armada dan Personil


Tiga unit mobil pemadam kebakaran parkir di depan kantor Satpol PP kompleks perkantoran Pemkab Kuansing. Mobil ini menjadi sangat diidolakan ketika terjadi kebakaran, semua orang ingin tahu telepon mobil pemadam kebakaran, jika mobil ini terlambat datang, orang hanya bisa menyalahkan petugas pemadam kebakaran yang terdiri dari unsur Satpol PP.

Ternyata mengelola manajemen pemadam kebakaran tidaklah semudah yang dibayangkan, Shanti Dwi Dimeti, KTU Satpol PP ketika diminta menceritakan suka duka salah satu bagian di Satpol PP, pemadam kebakaran, ternyata cukup bisa dijelaskan secara jelas.

Saat ini, ternyata baru ada tiga unit mobil pemadam kebakaran di Kuantan Singingi, padahal setidaknya perlu 6 unit mobil pemadam kebakarang stanbay di base camp pemadam kebakaran, sedangkan jika harus stanbay di beberapa titik kecamatan tentu harus ditambah lagi jumlah armadanya.

Untuk satu armada seharusnya dibutuhkan 6 orang petugas untuk satu shif, shif dibagi 3 siang dan malam ,sehingga perlu 18 orang tenaga untuk satu armada. Jika untuk 3 mobil pemadam kebakaran yang ada sekarang seharusnya diperlukan 54 orang tenaga. “Saat ini petugas yang ada hanya 18 orang, berarti baru terpenuhi sepertiganya,” kata Shanti.

18 orang itu ternyata bertugas 3 shif, sehingga 1 shif bertugas 6 orang, jika terjadi kebakaran, 6 orang ini harus bertindak cepat memadam api, tentu mereka harus memadamkan api untuk satu mobil 2 orang saja, termasuk menyetirnya, dapat dibayangkan.

Jadi Shanti tidak mau menyalahkan petugas pemadam kebakaran jika kadangkala tidak memberikan pelayanan yang maksimal dalam memadamkan kebakaran, ditambah kadang kala kebakaran yang terjadi jaraknya cukup jauh dari tempat mobil pemadam kebakaran mangkal.

Batas maksimal dari tempat mangkal mobil kebakaran hanya radius 7 kilo meter sebenarnya yang bisa terjangkau, itupun untuk sejumlah gedung, sedangkan untuk jarak kebakaran yang lebih dari itu tentu tidak mungkin bisa dipadamkan oleh mobil pemadam kebakaran.

Shanti mencontohkan kebakaran yang terjadi di Pasar Lubuk Jambi belum lama ini, disamping jarak yang jauh, ternyata yang terbakar juga terbuat dari papan, termasuk lantai bangunan juga dari papan, dan kalau bangunan papan ini dengan singkat telah habis oleh api.

Tentu dengan kondisi ini orang akan berpikir agar mobil pemadam kebakaran ditempatkan saja disejumlah titik di berbagai kecamatan, hal ini belum bisa dilaksanakan karena masalah keterbatasan, mobil baru 3 buah, untuk pusat ibu kota saja seharusnya ada minimal 6 mobil, sedangkan jika mobil yang 3 itu harus disebar ke berbagai kecamatan tentu akan sangat riskan sekali.

Meski mengalami berbagai keterbatasan, Satuan Polisi Pamong Praja ternyata tidak patah arang, saat ini diterapkan system deteksi dini kebakaran, dimana tempat-tempat yang rentan terjadi kebakaran didata untuk dicarikan solusinya dimasa yang akan datang, termasuk kawasan perkantoran Pemkab Kuansing.

Dengan system ini diharapkan kebakaran bisa dari dini dideteksi dan dipadamkan termasuk pertolongan dengan alat pemadam kebakaran yang telah disiapkan dibeberapa titik, diantaranya kalau di kompleks perkantoran di kantor Badan Kepegawaian Daerah.

Setelah didata, pihak pemadam kebakaran Satpol PP juga intensif memberikan pengarahan kepada sejumlah kantor yang rentan terhadap kebakaran karena penyimpanan arsip, arsip yang menumpuk dekat dengan instlasi listrik sangat mudah terbakar.

Pendataan saat ini juga dilakukan terhadap landasan sumber air bagi mobil pemadam kebakaran, titik pengambilan air ini tidak sembarangan, lokasi sumber air yang bisa dijadikan tempat mengambil air harus dekat dengan pompa air mobil biar bisa disedot, sedangkan seperti dari sungai Kuantan itu tidak memadai karena jarak yang terlalu jauh.

Disamping itu, jika ada sumber air yang dekat dan bisa disedot, juga harus memenuhi kedalamannya sumber air itu karena kalau terlalu dangkal akan bisa menyebabkan tersedotnya sejumlah batu dan pasir dan ini tidak dibenarkan.

Data ini nantinya akan dilanjutkan dalam bentuk pembuatan landasan yang representative diantara dengan membuat dari semen atau lainnya yang bisa dijadikan tempat mengambil air suatu saat jika terjadi kebakaran pada titik tertentu.

Kuansing memang mengalami keterbatasan, maka diharapkan sumbangan dari Provinsi Riau untuk memajukan pemadam kebakaran ini, dan ternyata setelah ada SK Bupati penetapan lahan seluas 1 hektar untuk posko pemadam kebakaran di Jalan Abdoer Rauf, maka untuk perencanaan didanai Provinsi Riau.

Perencanaan ini berupa kantor serta berbagai rencana fasilitas pemadam kebakaran untuk Kuansing dimasa yang akan datang, namun sayang perlu dana untuk membangun lagi setelah perencanaan selesai, dari mana dananya tentu perlu bantuan provinsi dan pemerintah pusat lagi.

Ada memang peluang untuk posko pemadam kebakaran itu dibangun melalui dana APBN, namun ada persyaratan yang berat, pemerintah pusat meminta untuk bisa diberikan dana, jika suatu daerah itu telah ada kantor Dinas Pemadam Kebakaran.

Dalam arti kata, pemerintah pusat minta masalah pemadam kebakaran satu institusi lepas dari Satpol PP dan hal ini juga sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja pemerintah daerah yang terbaru. (noprio sandi)

SHANTI DWI DIMETI

Kakan Satpol PP Drs Syoffaizal, M.Si bersama Bupati Indragiri Hulu Yopi Arianto Sugianto, saat acara halal bi halal di Desa Suka Maju. (noprio sandi)

REKAYASA TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN LOKAL “SISTEM CORONG RESIRKULASI” yang dipamerkan pada Stand Kuansing dalam GTTG Nasional XI di Riau

Salah satu produk Teknologi Tepat Guna yang ditampilkan oleh Kabupaten Kuantan Singingi pada Event Gelar Teknologi Tepat Guna (GTTG) Nasional XI di Bandar Serai Pekanbaru Riau adalah Rekayasa Teknologi Pembenihan Ikan Lokal “Sistem Corong Resirkulasi”. Kabupaten Kuantan Singingi merupakan Kabupaten yang kaya dengan sumber daya hayati perairan umum. Berbagai macam jenis ikan lokal banyak dijumpai di Kabupaten Kuantan Singingi, akan tetapi beberapa tahun belakangan ini jenis-jenis dari ikan lokal tersebut sudah sangat jarang keberadaannya. Hal ini disebabkan pengeksploitasian kawasan perairan umum seperti adanya aktivitas penangkapan yang tidak ramah lingkungan seperti penangkapan dengan bahan beracun dan penyentruman, selanjutnya adanya degradasi lingkungan seperti aktivitas penambangan yang tidak memperhatikan kelestarian perairan. Untuk itu Dinas Perikanan berupaya melakukan pembenihan ikan-ikan lokal melalui “Rekayasa Teknologi Pembenihan Ikan dengan Sistem Corong Resirkulasi”. Beberapa jenis ikan lokal yang telah berhasil dikembangkan di Kabupaten Kuantan Singingi diantaranya adalah ikan Kapiat (Puntius schwanenfeldi), paweh/ Nilem (osteochillus haselti C.V). Dalam pelaksanaan pembenihan, sistem corong resirkulasi ini sangat berperan sekali terhadap penetasan telur yang telah dipijahkan, adapun telur yang telah dipijahkan pada wadah pemijahan dipindahkan ke dalam corong sirkulasi. Adapun fungsi dari sistem corong resirkulasi ini adalah :
- media corong adalah wadah tempat telur, pada media ini terjadi pengadukan telur kerena adanya sirkulasi air,    dan sebagai pelimpahan dari air yang masuk.
- Paralon saringan corong, dipasang di dalam wadah corong yang berfungsi sebagai saringan untuk mencegah           keluarnya telur ke paralon air buang, sekaligus berfungsi sebagai kontrol volume air corong.
- Aerasi, untuk menambah kandungan oksigen terlarut dan sekaligus berfungsi untuk membantu pengadukan air dalam corong.
- Paralon air buang, berfungsi sebagai pelimpahan air dalam corong yang mengalir ke bak penampungan yang dilengkapi dengan saringan air (filter air).
- Saringan air, berfungsi sebagai penyaring kotoran dari pelimpahan air corong.
- Bak penampungan air, berfungsi sebagai penampungan air yang selanjutnya akan dipompakan ke dalam drum kontrol.
- Pompa air, berfungsi untuk memompakan air dari bak penampungan ke drum kontrol.
-Drum kontrol, berfungsi sebagai pengontrol air untuk sirkulasi dan menjaga tersedotnya larva melalui pipa air masuk pada saat arus listrik padam/ mati.
Setelah telur ditetaskan didalam corong penetasan, maka perawatan larva dilakukan didalam bak yang terbuat dari papan yang dilapisi plastik.  Dengan pemanfaatan sistem corong resirkulasi dalam upaya rekayasa teknologi pembenihan ikan lokal ini, maka tingkat penetasan (hatching rate) yang dihasilkan dari sistem corong resirkulasi ini rata-rata 95% dari jumlah telur yang dipijahkan. Hal ini menunjukkan bahwa sistem corong resirkulasi ini sangat efektif digunakan dalam penetasan ikan-ikan lokal.

by : Martius, S.Pd,M.Pd (Admin Website bpmpkb.kuansing.go.id)

Petani Sambut Baik Kenaikan Harga Karet

TELUKKUANTAN-Petani karet di Kabupaten Kuantan Singingi saat ini cukup gembira, pasalnya sejak 2 pekan terakhir harga karet sudah mencapai Rp 12 ribu perkilogram. Kenaikan harga karet tersebut membuat semangat belasan ribu penderes karet semakin timbul.

Kondisi tersebut diungkapkan penderes karet asal Teluk Kuantan Anto ( 32) beberapa waktu lalu. Dikatakan Anto, dengan harga karet yang lumayan tinggi membuat masyarakat lega. Petani makin bersemangat dan bergairah. Tentu saja, kondisi ini sangat berpengaruh positif terhadap peningkatan perekonomian warga.

Anto juga berharap agar dinas terkait (Dinas Perkebunan, red) turut mengawasi kenaikan harga karet tersebut. Pasalnya keadaan ini sering berubah-rubah dan harga karet juga sering naik turun tanpa alasan yang jelas.

Tapi kalau pemerintah ikut mengawasi, biasanya pihak pabrik enggan manaik-turunkan harga karet. Sebab bukan sekali dua kali harga karet mengalami naik turun. Terkadang baru naik Rp 500 rupiah, sepekan kemudian harga kembali turun.

Pengawasan pemerintah itu agar jaminan harga tersebut dapat dipedomani masyarakat. Tak mustahil, pihak pabrik karet hanya menaikan harga sedikit saja, padahal harga sebenarnya sudah tinggi dan sudah lama. Tapi kalau pemerintah ikut campur, Anto yakin harga jauh akan lebih tinggi.

Tidak sekedar mengawasi, Anto juga sangat berharap pemerintah dapat mengecek langsung ke pihak pabrik. Sebab, informasi yang diterima dari berbagai sumber, di Kecamatan Kampar Kiri dan Air Tiris Kabupaten Kampar, harga karet sudah menembus Rp 13 ribu lebih.

Harga itu tak jauh berbeda dengan harga karet di Air Molek Inhu yang mencapai Rp 13.400,-. Semestinya tak jauh berbeda dengan harga karet di Kuantan Singingi. Namun karena peran pemerintah kurang "menggigit" maka pihak pabrik bisa memainkan harga. “Campur tangan pemerintah sangat kami nantikan,” pungkas pria beranak 2 tersebut.(man)

`Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Kuantan Singingi Hardi Yacup, SP bersama Kepala Dinas Tanaman Pangan Hardison, SP, MP melakukan penanaman perdana kelapa sawit masyarakat beberapa waktu lalu. (noprio sandi)