Rabu, 08 Juni 2011

Refleksi, MTQ,HUT Kuansing Dan Akhir Masa Jabatan Bupati

Oleh
Ependri

Teluk Kuantan,- Tak ada karya yang paling berharga mahal selain karya yang mendapat pujian dan dikagumi banyak orang. Tak ada yang paling mencengangkan selain apa yang diperbuat membuat orang takjub. Tak ada waktu yang paling berharga disaat ulang tahun orang bisa menikmatinya dan terkagum-kagum. Sakwasangka boleh dipegang tapi jangan disebarkan sebelum kita mampu melihat dan membuktikan kalau sakwasngka itu ternyata keliru.

Filsuf diatas sengaja diulas untuk mengurai simpul dalam melihat refleksi perkembangan kabupaten Kuantan Singingi yang genap berusia 11 tahun. Dalam usia yang masih dini, dinegeri Pacu Jalur berhasil digelar helat akbar MTQ tingkat provinsi Riau yang ke XXIX. Helat akbar yang sarat dengan Syiar Islam itu bertepatan pula dengan hari ulang tahun kabupaten. Terlebih, gelaran pesta besar mengundang decak kagum itu merupakan helat penting dirakhir masa jabatan pasangan Bupati dan Wakil Bupati Kuantan Singingi H Sukarmis-Mursini. Jika benar keduanya berpisah untuk maju dalam perahu berbeda pada Pemilukada 7 April 2011 mendatang, gelaran pesta itu jelas akan menjadi buah tangan dan karya amat manis yang patut dihargai.

Betapa tidak, disaat memperingati hari jadi ke 11, Kuansing bisa menjadi tuan rumah MTQ tingkat provinsi. Tidak dengan basa basi, semua orang bisa melihat dengan mata kepalanya, Kuansing yang dikunci sebagai daerah dengan duit paling kere dari 10 saudaranya di Riau, ternyata bisa menunjukkan jati dirinya sebagai daerah yang kaya dengan pembangunan kendati dikotomi sebagai daerah miskin.

Bila ditata, diatur dan ditepatgunakan, duit sedikit yang dipunyai Kuansing, ternyata bisa membangun Stadion dalam suatu kompleks yang juga terdapat 2 unit GOR yang disanding dengan masjid Agung yang disebut dengan Sport Center atau pusat olahraga. Tak hanya itu, di Kuansing juga dibangun "Sekolah Pintar" yang apabila dilihat dari jauh, kompleknya mirip sekolah di Singapura karena terkesan elite walaupun tak mahal. Wujud nyata itupun bisa dilihat hampir seluruh kepala daerah dan pejabat se Riau dan beberapa kepala daerah tetangga dari Sumbar dan Jambi yang sengaja diundang menyaksikan MTQ yang digelar bertepatan dengan hari jadi ke 11 negeri Pacu Jalur.

Yang paling membanggakan jelas Bupati ke 3 Kuantan Singingi, H Sukarmis pada sambutannya adalah, MTQ tingkat propinsi Riau dapat digelar bersamaan dengan hari jadi kabupaten Kuantan Singingi yang ke 11. Seolah-olah MTQ digelar khusu untuk HUT Kuansing. Apalagi dengan MTQ, kami bisa memperlihatkan kepada pengunjung dan pejabat undangan, bahwa kami bisa membangun infrastruktur dan sarana yang semula diprediksi takkan sanggup kami bangun karena kami tak cukup duit. Tapi lihatlah kenyataannya. Fakta membuktikan dan jauh lebih berharga dari bualan dan racau banyak orang yang meragukan kemampuan Kuansing.

Apalagi hanya dalam kurun waktu satu setengah tahun lebih, daerah rawah dan semak berbukit dapat disulap menjadi kompleks Sport Center. Dengan persiapan yang semuanya digesa habis-habisan, kompleks olahraga dengan biaya mencapai ratusan miliar dan belum diresmikan itu, dapat menjadi singgasana MTQ dan diselenggarakannya berbagai lomba membaca Alqur'an. Semoga menjadi suatu pertanda yang sangat baik untuk melihat Kuantan Singingi. Apalagi, pemakaian gedung Sekolah Pintar, Sport Center dan Mesjid Agung, diawali dengan lantunan ayat-ayat suci Alqur'an dan pijakan kaki para pembaca alqur'an yang datang dari berbagai pelosok rantau. Patut dibanggakan diakhir masa jabatannya pasangan H Sukarmis-Mursini bisa meninggalkan karya berupa mesjid agung, sekolah pintar dan sport Center dan yang paling mengesankankan dapat diselenggarakannya MTQ tingkat provinsi Riau.

Tak patut disalahkan jika selama ini banyak orang yang ragu dimana letak Kuansing apakah termasuk Riau, Jambi atau Sumbar. Bahkan cerita yang menggelitik menyebut "pokoknya kalau tak salah, di Kuansing itu ada daerahnya yang terkenal dengan sebutan Taluk Kuantan termasyhur dengan tradisinya berupa pacu sampan(Pacu Jalur-red) yang memuat hingga hampir 70 orang anak pacu. Daerahnya sekitar Kiliran Jao, mau ke Jambi, tapi mungkin masih termasuk wilayah Riau lah. Yang diingat hanyalah Pacu Jalur di Taluk, nontonnya tak bayar alias gratis.

Cerita diatas memang tidak meleset. Teluk Kuantan memang pusat kota dari negeri Pacu Jalur yang sekaligus menjadi Ibukota kabupaten dan pusat pemerintahan. Yang meleset hanyalah anggapan orang bahwa kota yang dulunya sunyi senyap dan gelap dan banyak rumah tiang berpelantar, sekarang sudah bersolek, membangun dan membangun sehingga menjadi kota yang terang benderang dengan wajah baru. Bagi sebagian orang yang tak lagi menginjakkan kakinya sejak tahun 80-an atau paling tidak dalam 2-3 dekade belakangan, dipastikan akan tercengang-cengan dan sudah pasti takkan tahu persis perkembangan negeri Pacu Jalur. Racau dan bualan orang tentang pesatnya pembangunan Kuansing akan membuat para perantau terhenyak salut.

Jika pernah balik kampung pada tahun 70-80an, menunggu mobil tumpangan searah dengan kampung saja bisa berjam-jam karena kendaraan baik roda maupun roda 4 masih sangat jarang termasuk mobil pra. Bahkan bisa tidur-tiduran ditepi jalan sambil menanti tumpangan. Tapi kalau sekarang, sepersepuluh menit saja lengah di tepi jalan, alamat badan akan remuk dihantam mobil dan honda yang lewat mencapai 1000 unit perjam atau bisa lebih dari 100 permenitnya.

Belum lagi ramainya orang. Kalau dulu, pergi menonton Pacu Jalur cukup dengan berjalan kaki, bersepeda, naik pompong atau menunggu tumpangan mobil pra, saat ini pemandangan seperti itu sudah tak zaman. Pokoknya kalau sudah musimnya Pacu Jalur, desingan knalpot dan deru mesin-mesin motor dan mobil akan membuat gendang telinga menjadi bengkak. Silang maru kendaraan dan kerumunan orang sudah seperti gerombolan semut yang keluar dari sarangnya.

Pada Rapat Paripurna Istimewa Dewan tepat 12 Oktober 2010 di rumah rakyat yang dipimpin Ketua Muslim, S.Sos serta turut dihadiri, Wabup, Kapolres, Bupati Damasraya, Perwakilan Bupati Kampar serta dihadiri sejumlah pendiri negeri, Bupati H Sukarmis menyampaikan bahea Isolasi daerah terutama kawasan yang jauh dari ibukota, sudah dibuka dengan membangun infrastruktur jalan, jembatan, sarana pendidikan dan berbagai sarana vital lainnya di pedesaan. Sehingga tak satupun desa atau kelurahan di Kuantan Singingi yang tak bisa dilewati kendaraan roda 4 atau seluruh desa dan kelurahan di Kuansing sudah dibisa lewati mobil. Pemerintah juga akan terus membangun infrastrutur jalan menuju sentra-sentra perkebunan karet rakyat, peladangan dan terus membangun percetakan sawah baru bagi kawasan yang masih potensial.

Pemerintah akan terus menciptakan program terobosan yang bersinggungan langsung untuk peningkatan kehidupan sosial masyarakat, membiayai hidup orang jompo agar mereka tidak terus ditelantarkan, mengurangi angka kemiskinan, pengangguran, peningkatan produksi pertanian serta juga memprogramkan pembangunan rumah layak huni bagi warga miskin. Tak lari dari tujuan semula didirikannya kabupaten ini, pemerintah akan terus memprioritaskan pembangunan perekonomian yang dapat merubah tingkat kehidupan sosial warga Kuansing. Kemiskinan dan keterbelakangan selama ini tak bisa dibiarkan. Semuanya harus berubah. Pola hidup masyarakat harus segera dirubah menjadi masyarakat pekerja keras. Jika program pemerintah dapat berjalan diatas dukungan masyarakat dan masyarakat mau merobah nasibnya, maka taraf hidup warga Kuantan Singingi akan jauh lebih baik. Masyarakat harus punya tekad untuk berubah. Dengan usia kabupaten yang sudah 11 tahun, patut kita renungkan bagaimana kehidupan kita sebelumnya. Kita harus merefleksikan dan harus mampu mengembangkan jati diri dan potensi yang kita punyai. Kalau tidak kapan lagi kita bisa berobah, jelas Sukarmis harap. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar