Senin, 19 September 2011

Harga Sembako Meroket, Warga Tuntut Pemerintah

Teluk Kuantan,- "Seperti tak ada saja peran pemerintah dalam mengontrol harga sembako. Soalnya harga sembako menjelang lebaran ini meroket saja. Yang menentukan harga bukannya para pemasok dari luar tapi pedagang sendiri. Buktinya kalau kita membeli langsung dari pemasok atau langsung dari mobil-mobil kampas, harganya seperti biasa"

Keluhan yang disampaikan ibu-ibu di pasar tradisional Teluk Kuantan atau lebih dikenal dengan Pasar Kuala Lumpur Jum'at siang (26/8) itu patut dicermati. Pasalnya sejak sepekan ini harga barang kebutuhan pokok dipasar-pasar di Kuantan Singingi mulai meroket. Padahal sejak awal puasa kenaikan harga sembako tak kentara, tapi dipenghujung bulan ramadhan ini harganya tiba-tiba menanjak tajam. Warga sempat menanyakan peran Pemkab Kuansing dalam mengontrol harga sembako seakan tak ada. Pasalnya, kenaikan harga sembako yang berlipat-lipat itu diduga kuat dilakukan seenaknya oleh pedagang terutama di pasar di Teluk Kuantan, bukan dari pemasok.

Buktinya harga sembako atau barang harian di beberapa minimarket tak mengalami kenaikan sedikitpun. Bahkan harga beberapa jenis beras malah turun. Beras yang biasa dibeli dengan harga Rp 103.000,- per 10 kg, sekarang hanya Rp 98.000,- atau turun Rp 1.000,- - Rp 3.000,- perkilonya. Begitu juga dengan sembako lainnya cenderung stabil, sehingga perbedaan harga sembako di Minimarket dengan pasar tradisional saat ini sangat kentara. Kondisi membuat banyak ibu-ibu menuding kenaikan harga sembako diduga lebih disebabkan ulah pedagang sendiri yang mengambil keuntungan terhadap situasi menjelang lebaran. Akibatnya, ribuan warga terpaksa menyerbu sejumlah minimarket yang ada di Teluk Kuantan.

Pedagang berharap pemerintah dapat melakukan peninjauan atau sidak ke pasar-pasar. Kalau memang kenaikan harga sembako diakibatkan spekulan para pedagang, warga menuntut, Pemkab langsung mengambil tindakan tegas dengan memblacklist atau memaksa pedagang berhenti berjualan sementara. Kalau perlu menutup kedai atau lapaknya. Kebijakan itu dirasa perlu dilakukan untuk membuktikan kalau Pemkab benar-benar berpihak kepada rakyat dan tidak membiarkan para spekulan membusung dada di pasar Teluk Kuantan. Jika terus dibiarkan dan tak ada upaya Pemkab untuk menertibkannya, sama artinya dengan membiarkan warga dipencundangi.

Sejumlah pengamat Perkotaan dan sosial kemasyarakatan seperti Idi Susianto, berpendapat seyogyanya pemkab Kuansing melalui dinas Koperasi, Industri dan Perdagangan harus melakukan pantauan langsung atau operasi pasar secara rutin atas lonjakan harga sembako. Tak hanya itu, Pemkab juga harus memantau dengan ketat terhadap makanan yang tak berlabel, makanan yang mengandung bahan berbahaya terutama makanan yang disukai anak-anak serta makanan yang kadaluarsa.

Biasanya jelas ayah 2 anak itu, situasi menjelang lebaran ini sangat membuka peluang dan akses untuk masuknya sejumlah produk makanan yang tak jelas asal-usul dan kandungan zat didalamnya. Idi juga sangat yakin kondisi-kondisi seperti ini akan dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu untuk memasarkan produk-produk makanan kemasan yang tidak berlabel halal, tidak mengantongi rekomendasi BPOM atau sejumlah produk yang sudah kadaluarsa. Pengawasan terhadap sejumlah produk makanan pada situasi seperti ini biasanya juga sangat longgar dibanding hari biasa.

Hal itu dimaksudkan agar sebagian masyarakat pada level ekonomi lemah pasca "dipermak" musim Pacu Jalur yang lalu, dapat memenuhi kebutuhan pokoknya sehari-hari terutama dapat memenuhi angka kebutuhan gizi (AKG) bagi anak-anaknya, pungkas Idi.

Pantauan dibeberapa minimarket seperti Toserba Indrako, Indrako Mart dan Minimarket Sahabat Aidilia, ratusan warga tampak menyerbu sehingga warga yang berbelanja didalamnya berjejal. Bahkan pengakuan ibu-ibu di sebuah minimarket menyebut kalau antre di kasir bisa mencapai 1 jam baru dapat giliran membayar. Kalau tak sabar atau tak pandai mengantre, alamat takkan kunjung keluar. Seorang warga Teluk Kuantan mengaku belanja di Minimarket tak mungkin tertipu. Selain harganya tak naik dan malah sebagian ada yang turun, barangnya tak ada yang kadaluarsa dan tak takut terbeli barang tiruan, jelasnya. (Berita EPENDRI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar