TELUK KUANTAN (VOKAL) – Kabupaten Kuantan Singingi saat sekarang ini
benar-benar terlihat menjadi sarang atau sasaran berbagai penyakit,
baik Demam Berdarah Degue (DBD) maupun penyakit Campak. Bahkan tak
tanggung-tanggung karena dapat merenggut korban jiwa bila ada yang
terkena penyakit tersebut. Hal ini tentu saja sangat mengkhawatirkan
bagi masyarakat Kuansing, karena harus tetap waspada dan harus selalu
dapat menjaga kesehatan maupun lingkungan sekitarnya, sebagai tempat
sumber-sumber penyakit.
benar-benar terlihat menjadi sarang atau sasaran berbagai penyakit,
baik Demam Berdarah Degue (DBD) maupun penyakit Campak. Bahkan tak
tanggung-tanggung karena dapat merenggut korban jiwa bila ada yang
terkena penyakit tersebut. Hal ini tentu saja sangat mengkhawatirkan
bagi masyarakat Kuansing, karena harus tetap waspada dan harus selalu
dapat menjaga kesehatan maupun lingkungan sekitarnya, sebagai tempat
sumber-sumber penyakit.
Maraknya kasus Demam Berdarah Degue (DBD) di Kuansing telah mencapai
lebih 164 kasus, bahkan telah sampai merenggut korban jiwa sebanyak
empat orang. Sementara untuk penyakit campak memang belum ada yang
sampai merenggut korban jiwa, namun saat ini telah mencapai sekitar 40
orang yang terkena penyakit tersebut.
Kasus penyakit campak yang
terjadi di Kuansing menimpa terhadap anak-anak berada di sentral PT.
Tri Bakti Sarimas (PT. TBS), Desa Sungai Besar Kenegerian Pucuk Rantau
Kecamatan Kuantan Mudik Kab. Kuansing. Dimana sebanyak 40 orang
anak-anak yang terkena penyakit campak dan telah ditangani secara
terus menerus agar tidak menjalar atau mengidap terhadap anak lain,
ungkap Toni Aprison salah satu perawat di Puskesmas Pantai Kuantan
Mudik ketika dihubungi Harian Vokal melalui handphone selulernya,
Selasa (8/11).
terjadi di Kuansing menimpa terhadap anak-anak berada di sentral PT.
Tri Bakti Sarimas (PT. TBS), Desa Sungai Besar Kenegerian Pucuk Rantau
Kecamatan Kuantan Mudik Kab. Kuansing. Dimana sebanyak 40 orang
anak-anak yang terkena penyakit campak dan telah ditangani secara
terus menerus agar tidak menjalar atau mengidap terhadap anak lain,
ungkap Toni Aprison salah satu perawat di Puskesmas Pantai Kuantan
Mudik ketika dihubungi Harian Vokal melalui handphone selulernya,
Selasa (8/11).
Menurutnya, sebanyak 34 anak-anak yang merupakan karyawan PT. TBS ini
terkena penyakit campak sekitar minggu lalu, akan tetapi pada senin
kemarin juga bertambah sebanyak 6 orang lagi. Sehingga total anak-anak
karyawan PT. TBS yang berada di sentral Desa Sungai Besar sudah
mencapai 40 orang.
“ Anak-anak yang terkena penyakit campak ini sebenarnya merupakan anak
karyawan atau warga pendatang, yang belum pernah dilakukan imunisasi
campak di daerahnya sebelum datang bersama orang tuanya yang bekerja
di PT. TBS,” paparnya.
Namun kalau warga setempat, diakuinya tidak ada yang terkena sama
sekali penyakit campak, karena telah dilakukan pemberian imunisasi
secara serentak di seluruh desa dan anak sekolah. Makanya kekhawatiran
terkena penyakit campak kembali sudah tidak mungkin, meskipun demikian
tetap dilakukan, ujarnya.
Sementara, Kepala Desa Sungai Besar, Sahrial yang dihubungi
membenarkan hal tersebut, kalau anak-anak warga desanya ada yang
terkena penyakit campak, namun semuanya itu terjadi di sentral anak
karyawan PT. TBS yang belum pernah di imunisasi sebelumnya, dan bagi
yang telah dilakukan imunisasi tentu akan terjadi kekebalan dalam
tubuh anak-anak tersebut.
“ Pada minggu lalu telah terkena penyakit campak sebanyak 25 orang,
yang sebelumnya juga telah ada yang terkena sebanyak 9 orang dan
kemudian ditambah pada senin kemarin sebanyak 6 orang lagi,” tuturnya
ketika dihubungi Harian Vokal.
Sementara untuk penyakit DBD yang juga marak sekarang ini sangat perlu
adanya aksi nyata dari Pemkab Kuansing khususnya Dinas Kesehatan. Agar
permasalahan tersebut tidak meluas dan masyarakat bisa terselamatkan
dari ancaman penyakit yang sangat berbahaya tersebut, Ungkap Ketua LSM
Peduli Kuansing, Ilyas R. Sutan kepada ketika dihubungi harian Vokal
di Teluk Kuantan, Kamis (3/11) lalu.
Sehingga Diskes tidak hanya cukup menyatakan perang terhadap DBD akan
tetapi harus dibuktikan, aksi nyata dimaksud berupa tindakan fogging
di kawasan yang benar-benar sudah terjangkit penyakit demam berdarah
degue tersebut, untuk membunuh nyamuk dewasa penyebar demam berdarah,
sebutnya. Sementara untuk membunuh anak nyamuknya, maka sangat perlu
dilakukan gotong royong secara bersama, dan camat dapat pula
mengintruksikan kepada para kepala desa di wilayahnya masing-masing, untuk mengerahkan masyarakat, terutama pada daerah-daerah yang telah terjangkit DBD.
Djalal, M.Kes. kepada Vokal via sms, menyatakan akan melakukan fogging
guna mencegah terjadinya penularan penyakit yang disebarkan oleh
nyamuk abate tersebut, sebab sudah saatnya waktu untuk melakukan
Fogging (penyemprotan, Red).
Fogging dilakukan terus dalam radius 200 meter dari lokasi kejadian,
dimana petugas akan diturunkan ketika pada satu lokasi diduga terkena
DBD, dengan ciri-ciri meriang, panas dan ada bintik merah pada
kulitnya. Kalau ada warga yang terkena positip DBD, apalagi sampai ada
yang meninggal tetap akan dilakukan fogging pada lokasi focus
tersebut, tambahnya.
Berkenaan dengan hal ini, pihaknya akan melakukan sosialisasi kepada
masyarakat melalui Posyandu, Puskesmas untuk melakukan pencegahan.
Dengan cara pemberantasan sarang nyamuk (PSN) serta 3M (Menguras,
Menutup, dan Mengubur). Selain itu juga akan terus melakukan
pemantauan dan mengobati pasien yang terkena penyakit tersebut,
tukasnya. ( Rep)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar