Senin, 19 Desember 2011

226 HEKTAR SAWAH DAN 90.000 IKAN HILANG KERUGIAN BANJIR

TELUK KUANTAN ( VOKAL) - Akibat musibah banjir yang terjadi dengan
meluapnya Sungai Batang Petapahan Kecamatan Gunung Toar dan Sungai
Sinambek Kelurahan Sungai Jering Kecamatan Kuantan Tengah, pada Rabu
pagi (14/12) lalu, mengakibatkan 226 hektare areal sawah masyarakat
yang baru ditanami padi tergenang banjir dan 90. 000 ekor hilang.

Sehingga petani kuansing mengalami kerugian yang cukup banyak dan
ditaksir lebih kurang sekitar Rp. 153 juta kerugian bagi petani ikan,
sedangkan untuk lahan sawah seluas 226 hektar.

" Kerugian yang dialami petani ikan Kuansing akibat banjir yang
terjadi rabu lalu, mencapai 90.000 atau Rp. 153 juta milik Aheng warga
sinambek kelurahan sungai jering," papar Kadis Perikanan Kabupaten
Kuantan Singingi, Nasry melalui Kabid Produksi Wismal ketik dihubungi
Harian Vokal, Jum'at (16/12).

Menurutnya, Tembok kolam ikan milik Aheng itu roboh dan ikan yang
telah siap panen hilang terbawa banjir, sehingga pemilik kolam aheng
menderita kerugian sekitar Rp. 153 juta. Sedangkan data dari Kecamatan
Gunung Toar masih menunggu laporan dari petugas lapangan di kecamatan,
di himbau seluruh petugas maupun para petani ikan untuk dapat
menyiasati dan melakukan langkah-langkah antisipatif.

Sementara Kadis Tanaman Pangan Kuansing, H. Hardison menyebutkan
sekitar 226 hektare lahan yang tergenang banjir tersebut, dimana
sebanyak 110 hektar lahan terdapat di Kecamatan Gunung Toar dan
sebanyak 109 hektare di Kecamatan Kuantan Tengah, serta 7 hektare di
Kecamatan Benai.

Hal ini disebabkan sedang terjadi perubahan iklim yang tidak menentu,
dimana kadangkala cuaca cukup baik tetapi tiba-tiba terjadi pula hujan
lebat, sehingga dengan kondisi yang alam yang tidak menentu ini tentu
saja sangat membahayakan kolam petani ikan di kuansing, tambanya.

" Namun baru tiga kecamatan yang melaporkan akibat banjir, dan
berkemungkinan masih bisa bertambah kalau ada informasi baru dari 9
kecamatan lainnya," tuturnya.

Ketika ditanyakan apakah padi yang telah siap tanam tersebut akan
menjadi rusak, menurut Hardison, meskipun sempat tergenang banjir
hanya beberapa jam dan kemudian air kembali surut seperti sedia kala,
tidak apa-apa atau padi tidak akan rusak kecuali kalau tergenang
beberapa hari berkemungkinan padi tersebut akan menjadi rusak.

" Karena baru ditanam dan tergenang banjir beberapa jam, tidak
berpotensi merusak padi. Tetapi berbeda jika tanaman padi sudah mulai
berbuah dan tergenang besar kemungkinan akan rusak atau busuk,"
tambahnya.

Karena itulah, katanya, dirinya berharap petani dapat memperbaiki
saluran pembuangan air yang ada, sehingga jika terjadi banjir maka air
akan cepat surut dan tidak terlalu lama menggenai tanaman yang baru
ditanam tersebut, ujarnya.

" Salah satu solusi yang dapat dilakukan di saat curah hujan yang
cukup tinggi saat ini, yakni memperlancar saluran pembuangan
air,"ujarnya.

Kemudian dirinya juga mengharapkan seluruh petugas penyuluh lapangan
atau PPL yang ada disetiap kecamatan untuk aktif memantau kondisi
musim tanam warga, sehingga jika  terjadi hal-hal yang tidak inginkan
dapat diinformasikan ke kabupaten.

Hardison berharap musim tanam kali ini juga berhasil hingga masa panen
tiba, dengan demikian masyarakat dapat memiliki stok beras yang
memadai untuk memenuhui kebutuhan sehari-hari, minimal untuk kebutuhan
masing-maisng rumah tangga. ( Rep)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar