Tidak pernah beraspal jalannya, tidak berlistrik, itulah yang dialami masyarakat Desa Sumpu Kecamatan Hulu Kuantan. Berada dikawasan yang terisolir, itu sudah menjadi santapan sehari-hari, apalagi jauh dari perhatian pemerintah. Masyarakat hidup sederhana ditengah luasnya lahan perkebunan dan hutan.
Karono Intan, perempuan tua desa itu dengan ulet pergi menuju hutan, dia tidak terjatuh, dia salah satu masyarakat asli desa tersebut yang kesehariannya menyadap karet dikebun orang, ini cukup aneh, ditengah hutan dan perkebunan yang luas, ternyata dia tidak memiliki kebun karet sama sekali.
Alasan tidak ada kebun menurutnya karena dia tidak memiliki suami lagi untuk mengolah lahan, meski ada sedikit tanah pembagian keluarga yang turun temurun, itupun direncanakan akan dijualnya kepada yang berminat.
Warga lain, Ipus, laki-laki yang terbaring dibawah sebuah pohon dekat rumahnya tengah menjalani penyembuhan perut sebelah kanannya yang sakit sejak beberapa hari, tidak ada dokter dan tidak berobat dengan tenaga medis.
Ipus mempercayai, jika dibawa berobat ke puskesmas atau rumah sakit, penyakitnya tidak akan ditemukan oleh dokter, maka dia lebih memilih berobat kepada dukun, ya, dia merasakan kalau perutnya mulai baik, bahkan telah mulai bisa diisi makanan.
Terkait pembangunan di desa itu, sangat jauh dari harapan, masyarakat seperti sudah patah arang atas pembangunan yang akan diberikan oleh pemerintah, bahkan salah satu pembangunan yang telah dijanjikan Bupati Kuansing H Sukarmis ketika berkunjung ke desa itu, pembangunan jamban mandi tak kunjung terealisasi, bahkan hanya terkesan hanya janji-janji saja.
Tokoh masyarakat setempat Syofyan Datuak Paduko merasa kecewa dengan sikap Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi, bahkan mereka malah menganggap tidak ada bedanya antara masih bergabung dengan Kabupaten Indragiri Hulu dengan sekarang telah menjadi kabupaten sendiri Kabupaten Kuantan Singingi.
Ditengah hausnya masyarakat desa itu akan pembangunan, Bupati Kuansing H Sukarmis memang pernah menjanjikan akan membangun jamban mandi desa itu, di jamban ini sebagai satu-satunya tempat bagi masyarakat melaksanakan aktivitas MCK.
Bahkan menurut Syofyan, ibu-ibu desa mereka jika ingin mencuci harus rela mengundi bagi yang bersamaan datang, dan rela antri bagi mereka yang datang kemudian, sungguh ironis.
Tapi lebih ironis lagi, pejabat teras Kuansing juga telah menebar janji ditengah penderitaan masyarakat, tentu ini menjadi tanda Tanya, kapan jamban ini akan dibangun, padahal telah dijanjikan orang nomor 1 di kabupaten ini, bahkan disaksikan oleh berbagai pihak, baik tingkat kecamatan maupun tingkat kabupaten, karena janji itu diucapkan pada saat acara melayur jalur desa itu.
Namun itulah yang bisa dirasakan masyarakat, mereka telah menjadi bulan-bulanan janji bagi pejabat, lalu kepada siapa mereka harus mengadu, harus kembali ke Kabupaten Indragiri Hulu, tentu tidak mungkin, karena semuanya telah terjadi.
Tidak adanya pembangunan di desa diakui Syofyan ada kaitannya dengan sejumlah proyek besar di Kota Teluk Kuantan, seperti Sport Centre, dia menganggap Sport Centre ini belum begitu penting, karena masyarakat di desa lebih membutuhkan pembangunan, bahkan masyarakat desa tidak tersentuh pembangunan sama sekali.
Listrik memang tidak mereka harapkan sama sekali, karena tidak mungkin desa itu akan dialiri listrik, jalan aspal juga sangat jauh dari harapan, mereka hanya bisa pasrah, terutama dalam mengusulkan pembangunan melalui Musrenbang yang entah kapan realisasinya.
Kepala Desa Sumpu Mukhtar di jaban mandi desa mereka mengatakan kalau Bupati Kuansing H Sukarmis pernah menjanjikan akan membangun jamban mandi mereka yang hanya lebih kurang 50 meter saja, tapi realisasinya sampai sekarang belum juga.
Namun saat Musrenbang lalu, pihaknya telah mengusulkan agar ditempat tersebut dibangun jamban mandi, dan merekapun tidak mengetahui keinginan itu akan bisa terwujud atau tidak. (noprio sandi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar