Rabu, 01 Juni 2011

Kisah-Kisah Menarik di Balik Renovasi Masjid di Kompleks Istana Presiden, Paspampres Siaga Hendak Menembak, Ternyata Ban Truk Meletus

Minggu, 17 Oktober 2010



Chairman/Chief Executive Designer BD+A Design Irvan A Noe’man (tengah) bersama 2 arsiteknya, Andi Suwandi (kiri) dan Dyah Murwandari (kanan). Foto : Sofyan Hendra/JAWA POS

Karena arah kiblat tidak akurat, Masjid Baiturrahim di kompleks Istana Presiden direnovasi. Berikut cerita-cerita menarik di balik pemugaran masjid yang kali pertama dibangun pada masa Presiden Soekarno itu oleh:

SOFYAN HENDRA, Jakarta, dikutip dari hileud.com

SIANG itu puluhan pekerja dipusingkan oleh batu hitam bergaris tengah tak lebih dari 1 meter di Masjid Baiturrahim. Seharusnya, batu tersebut bisa diangkat dua orang dewasa. Tapi, berkali-kali dicoba, tak ada pekerja yang mampu menggesernya.

Batu yang dinaungi cungkup tersebut adalah salah satu ikon Masjid Baiturrahim di kompleks Istana Presiden, Jakarta. Untuk perluasan masjid, batu itu harus digeser. Selama ini, batu tersebut berfungsi sebagai tempat wudu. Terdapat lubang di tengah batu itu. Pada lubang tersebut tertanam keran. Karena itu, sepintas batu tersebut mirip dengan sumber air.

Karena batu tak kunjung bisa dipindahkan, diadakan selamatan. Maka, batu itu akhirnya bisa dipindahkan. "Sebenarnya, percaya tidak percaya, sih. Tapi, itulah yang terjadi," kata Dyah Murwandari, salah seorang arsitek PT BD+A Design, perusahaan yang dipercaya merenovasi Masjid Baiturrahim.

Batu tersebut kini tetap ada. Namun, fungsinya berubah. Batu tersebut hanya dijadikan sebagai salah satu ornamen pelataran masjid. Cungkupnya diangkat. "Kami tak ingin ada kesan pengultusan," tutur perempuan berjilbab tersebut.

Kisah pengangkatan batu hitam itu adalah salah satu cerita di balik pemugaran Masjid Baiturrahim, yang pembangunan fisiknya berlangsung sekitar delapan bulan. Ide pemugaran berawal dua tahun lalu atas usulan Hatta Rajasa. Kala itu Hatta masih menjabat Mensesneg. Pembangunan masjid dilanjutkan pada masa Mensesneg Sudi Silalahi.
Pemugaran dilakukan karena arah kiblat masjid yang bersebelahan dengan Istana Merdeka tersebut tidak akurat. Selain itu, kapasitas masjid sudah tak mencukupi untuk menampung seluruh jamaah saat salat Jumat dilaksanakan.

Sepintas, masjid tersebut tak berbeda dengan masjid-masjid perkantoran lain. Fungsinya lebih banyak untuk salat Jumat. Namun, masjid itu menjadi istimewa karena didesain sendiri oleh Presiden Soekarno dan arsitek RM Soedarsono. Karena merupakan prakarsa presiden pertama RI, tim dari BD+A Design berusaha tidak memberangus desain asli.

"Kami sangat respek terhadap Soekarno. Jadi, sedapatnya tidak mengganggu gugat desain asli," tutur Irvan A. Noe"man, chairman/chief executive designer BD+A Design. Project leader renovasi Masjid Baiturrahim itu dan timnya ditemui Jawa Pos di kantornya, kawasan Rawamangun, Jakarta, Selasa (12/10).

Irvan adalah putra Ahmad Noe"man, arsitek masjid-masjid ternama, seperti Masjid Salman ITB Bandung, Masjid Sunda Kelapa, dan Masjid At-Tien TMII. Dalam pembangunan ulang Masjid Baiturrahim, Ahmad Noe"man bertindak sebagai prinsipal.

Untuk mengoreksi arah kiblat, Irvan dan tim melakukan pengecekan sederhana dengan bantuan Google Map. Pengukuran ulang juga dilakukan oleh sejumlah ahli geologi. Akhirnya, arah kiblat yang semula lurus ke barat dikoreksi menjadi miring 25 derajat ke kanan. Arah kiblat juga ditera ulang dengan metode lain. Termasuk, melihat bayangan saat matahari tepat di atas Kakbah. Arah kiblat lantas disertifikasi Kementerian Agama.

Karena bangunan asli tidak diubah, arah kiblat dikoreksi dengan memanipulasi arsitektur. Salah satu caranya, membangun mihrab (tempat imam) baru. Mihrab lama pun masih ada. Namun, warna catnya dikamuflasekan sedemikian rupa sehingga tidak menarik perhatian.

Mihrab lama juga ditutupi dengan partisi kaca semipermanen berhias kaligrafi. Partisi dibuat sejajar dengan kemiringan mihrab baru, yang disesuaikan dengan arah kiblat hasil koreksi.

Bagian utama masjid tersebut tidak diubah. Pilar-pilar khas masjid kuno dipertahankan. Untuk memperluas tempat salat, bangunan lama dan baru disatukan dengan menggunakan bidang-bidang transparan berbahan kaca melton (kaca yang dicairkan lantas dicetak ulang).

"Kesan transparan itu juga bertujuan menghilangkan kesan mistis. Biar clear. Tidak ada interpretasi apa pun. Sebab, ajaran Islam kan memang tidak mengenal hal-hal seperti itu," terang Irvan, peraih master of industrial design di Rhode Island School of Design, Providence, AS. Kaca-kaca transparan yang menjadi dinding luar masjid pun dibikin menggantung. Dengan begitu, sirkulasi udara bisa lebih lancar.

Setelah renovasi yang menelan dana Rp 9,8 miliar itu, Masjid Baiturrahim kini lebih lapang. Ruang salat lama seluas 547 meter persegi dengan kapasitas 390 orang kini menjadi 1.253 meter persegi. Masjid itu kini berdaya tampung 1.198 orang. Dengan kamuflase mihrab, jamaah tidak merasa bahwa arah kiblat tidak lurus dengan arah bangunan masjid.

Jika dilihat sepintas dari luar, juga tak tampak banyak perbedaan antara bangunan lama dan yang baru. Kubah masjid masih tampak seperti aslinya. Begitu juga menara yang menjadi salah satu ciri khas istana. Sebab, ujungnya tampak dari luar kompleks. "Banyak yang tak menyadari bedanya. Itu justru bagus," ujar penggagas FGD Forum, suatu forum yang menyebarkan pengetahuan mengenai industri grafika, tersebut.

Meski demikian, kesuksesan menyulap masjid bikinan Soekarno itu bukan tak diwarnai hambatan. Selain bangunan sudah berumur 52 tahun, renovasi sedikit terganggu oleh penurunan kualitas fisik bangunan dasar. Selain itu, banyak kabel di bawah tanah yang tersambung dengan kamera CCTV pengamanan istana.

Di antara bangunan-bangunan istana, letak Masjid Baiturrahim memang cukup strategis. Bangunan itu berada di sudut barat kompleks Istana Presiden. Tepatnya, sebelah kanan Istana Merdeka. Sebelum dibangun oleh Presiden Soekarno, lokasi tersebut merupakan lapangan tenis. Konon, Soekarno minta dibangunkan masjid di atas lapangan tenis tersebut. Sebab, dia tak ingin tamu negara disuguhi para perempuan dengan rok pendek yang bermain tenis saat masuk istana.

Setiap presiden keluar masuk istana, mobil iring-iringan juga melewati depan Masjid Baiturrahim. Karena letak yang strategis itu, masjid tak bisa dibangun seenaknya. "Kami selalu menyesuaikan dengan jadwal protokol," ucap Irvan. Pernah, papar dia, pengerjaan masjid harus berhenti dua hari karena ada tamu negara.

Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) juga kerap meminta pekerjaan berhenti satu"dua jam. Biasanya, itu dilakukan ketika presiden memiliki agenda di Wisma Negara yang berdekatan dengan masjid tersebut, tepatnya di sebelah utara tempat ibadah itu.

Andi Suwandi, arsitek BD+A Design lainnya, menuturkan, pernah ada truk yang masuk dengan membawa material. Saat rombongan Wapres masuk ke istana, tiba-tiba ban truk tersebut meletus. Paspampres langsung mengokang senjata. "Lantas, kami berteriak, cuma ban, Pak," tutur Andi.

Irvan menambahkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak ikut campur dalam desain masjid tersebut. Dia hanya sekitar empat kali melakukan sidak. Masjid yang dibangun ulang mulai 15 Januari 2010 itu rampung pada 26 Agustus 2010. Namun, peresmian masjid tersebut tak bisa langsung dilakukan. Masih ada pengecekan ulang dari Sekretariat Negara. Peresmian masjid tersebut tertunda hingga lima kali.

"Kami membuat lima prasasti (peresmian). Akhirnya, prasasti terakhir tidak kami beri tanggal," terang Irvan. Masjid Baiturrahim akhirnya diresmikan pada 1 Oktober lalu, bersamaan dengan salat Jumat bersama Imam Masjidilharam Syeikh Saleh bin Humaid. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar