Data 23 Januari 2012
Dinas Kehutanan Kabupaten Kuantan Singingi sampai saat ini belum menginventarisir pohon sialang yang ada dikawasan hutan Kuansing. Namun untuk masyarakat yang memanfaatkan pohon sialang guna menghasilkan madu, telah dilakukan pembinaan agar menghasilkan madu berkualitas.
“Di data olun, kiro-kiro ado 25 buah, belum ada inventarisir secara menyeluruh,” pengakuan Ir. Febrian Swanda, Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Kuantan Singingi Jum’at (19/1) di ruang kerjanya.
Cuma untuk lebah madu katanya telah ada peraturan daerah yang mengaturnya, sehingga perda itu bisa menyelamatkan pohon sialang, dan salah satu perusahaan yang telah ikut menyelamatkan pohon sialang ini PT. RAPP, karena kalau mereka menemukan pohon sialang tidak ditebangnya.
Namun Febrian tidak menutup keadaan yang terjadi awal tahun 2000-an ada konflik antara masyarakat dengan PT RAPP yang meminta ganti rugi terhadap pohon sialang yang telah ditebang oleh perusahaan itu, sedangkan sekarang ada tidak ada lagi laporan dari masyarakat terkait penebangan pohon sialang oleh perusahaan.
Kemudian terkait pengelolaan madu sialang ditengah masyarakat lanjut Febrian Swanda diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat setempat, pihaknya cuma sekedar menyediakan jasa pendampingan dari penyuluh-penyuluh. “Bagaimana menghasilkan madu yang berkualitas,” katanya termasuk membantu dalam jasa pemasaran madu.
Sampai sekarang efek dari jasa pendampingan itu termasuk dari pihak WWF itu menurut Febrian Swanda telah ada, termasuk madu tersebut telah diberi label merek tersendiri “Madu Teso Nilo” dan telah masuk pasar diantaranya di Pasar Buah Pekanbaru.
Kualitas madu yang dihasilkan tergantung makanan lebahnya, ada yang disebut madu sawit, berwarna hitam dan ada yang disebut madu padi, berwarna kuning, dan madu dihasilkan itu dikoordinasikan dengan Dinas Kehutanan. (noprio sandi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar